Pertanyaan berikutnya, apakah tidak lebih baik dana pembangunan DPR Rp 1,1 trilliun tersebut dialihkan untuk hal lain yang berkaitan dengan masyarakat langsung, misalnya bantuan untuk masyarakat miskin, sementara pembangunan Gedung DPR nanti saja. Pertanyaan tersebut rasional, tapi tidak visioner, mengingat DPR setiap tahun membahas anggaran sebesar Rp 1.200 trilliun dan setiap tahun akan meningkat pesat.
Dengan DPR yang kredibel, saya yakin akan dapat ditingkatkan efisiensi alokasi dan pemakaian anggaran minimal 5 persen, artinya setiap tahun akan ada efisiensi dana sebesar Rp 60 triliun atau lebih yang dapat dipergunakan untuk kepentingan rakyat, dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 1,1 triliun untuk masa 2 tahun (Rp 0,55 triliun per tahun) atau hanya 0,05 persen dari APBN. Semua keputusan tersebut diambil secara bulat oleh BURT yang mewakili semua unsur fraksi di DPR.
Bagi mereka yang mengikuti pembahasan dari awal sampai akhir, akan sangat memahami pemikiran pemikiran tersebut. Namun sayangnya, yang bersuara di media adalah mereka yang tidak pernah mengikuti proses tersebut dan cendrung memolitisasi demi citra politik untuk kepentingan yang sangat egois, padahal langkah tersebut sangat membodohi rakyat.
Sebagai profesional, saya siap mempertanggungjawabkan keputusan BURT tersebut, karena sudah melalui proses yang panjang dan melelahkan dengan perdebatan yang keras, namun batal hanya karena kepentingan citra daripada pertimbangan kinerja.
Ada banyak pandangan yang miring dengan keteguhan kami dalam mempertahankan sikap tentang persoalan gedung ini, sudah kami antisipasi dengan meminta kepada KPK dan BPK untuk secara intens mengawasi pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh Sekretaris Jenderal sebagai kuasa pemegang anggaran.
Bagi saya pribadi, sepanjang sudah bekerja sesuai kapasitas dan kompetensi serta kewenangan yang saya miliki, tidak ada yang perlu disesalkan dengan pembatalan tersebut. Kompasianer yang peduli dengan masalah ini silakan mengomentari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.