Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Yusuf, PKS Pasif Menunggu

Kompas.com - 22/03/2011, 12:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memilih dan mengedepankan sikap pasif dalam menanggapi laporan-laporan yang dibeberkan pendiri PKS, Yusuf Supendi, terkait dugaan pelanggaran hukum dan moral yang dilakukan sejumlah elite PKS. Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta, salah satu elite yang juga dilaporkan, mengatakan, PKS akan tetap pasif sampai fakta-fakta hukum atas laporan Yusuf jelas.

"Kita tunggu saja, belum ada fakta-fakta. Kita sudah bahas, tapi kesimpulan kita begitu, kita adem-adem saja, jangan disikapi sampai fakta hukumnya keluar. Jadi dari isu ke adanya bukti-bukti hukum," ungkapnya di Gedung DPR RI, Selasa (22/3/2011).

PKS juga masih menunggu respon dari Badan Kehormatan DPR RI dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait laporan Yusuf. Ia menilai, laporan Yusuf sendiri masih belum jelas fakta hukumnya sehingga PKS masih mengkajinya meskipun data-data yang dibeberkan Yusuf sebenarnya sudah didengar sejak tahun 2005.

Bahkan, lanjutnya, besaran angka penggelapan yang dituduhkan Yusuf juga tidak tepat. Wakil Ketua DPR RI ini juga menegaskan, PKS tak mau menanggapi dugaan pelanggaran moral yang diarahkan kepada elit PKS lainnya, seperti soal poligami. Menurut Anis, ini persoalan personal yang tak perlu ditanggapi.

"Kalau yang personal, kita tak mau mencuri perhatian publik dengan masalah pribadi. Jadi kita fokus ke persoalan hukum. Masalah pribadi tak bermanfaat untuk publik," tandasnya. 

Laporan Yusuf

Pada hari Senin (21/3/2011), Yusuf resmi melaporkan sejumlah elite PKS ke KPK. Ia membantah bahwa laporan dan aduannya yang disampaikannya karena alasan sakit hati didepak dari partai.

"Saya menerima informasi pemecatan saya pada tanggal 28 November 2010, jam 20.20. Sementara, saya mengadu ke Badan Kehormatan (BK) DPR mengenai kasus ini pada 2 Agustus 2010. Berarti kan lima bulan sebelumnya," ujarnya kepada wartawan di kantor KPK, Jakarta, Senin (21/3/2011).

Terkait laporannya, Yusuf menyerahkan sejumlah dokumen mengenai dugaan penggelapan dana Pilkada DKI Jakarta. "Bukti lanjutan mengenai dana Pilkada DKI tahun 2007 lalu. Karena, dari Rp 40 milyar yang bersumber dari Adang Daradjatun telah digelapkan oleh Anis Matta sebanyak Rp 10 milyar," terangnya.

Tak hanya itu, Yusuf juga mengaku telah memberikan 12 nama saksi yang siap memberikan keterangan dalam kasus dugaan suap tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Nasional
    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Nasional
    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Nasional
    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Nasional
    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Nasional
    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Nasional
    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Nasional
    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Nasional
    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

    Nasional
    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com