Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sultan: Reaktor Nuklir Yogyakarta Aman

Kompas.com - 19/03/2011, 07:51 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan, keberadaan reaktor nuklir Kartini Yogyakarta tak perlu dikhawatirkan. Sebab, reaktor nuklir yang dikelola Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) itu tak berada di kawasan jalur merah gempa bumi.

"Daerah itu tak masuk dalam jalur merah. Yang perlu dikhawatirkan kan yang masuk dalam jalur merah," kata Sultan, Jumat (18/3/2011) di Yogyakarta.

Pernyataan Sultan tersebut menanggapi kekhawatiran menyusul kerusakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi di Jepang, akibat gempa bumi dan tsunami. Mengingat Indonesia, khususnya Yogyakarta juga pernah mengalami gempa bumi dahsyat tahun 2006, dikhawatirkan kejadian serupa dapat terjadi pada reaktor nuklir Kartini Yogyakarta.

Reaktor nuklir Kartini berada di kompleks Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Batan di Babarsari, sebuah kawasan padat penduduk di pusat kota Yogyakarta. Reaktor nuklir yang didirikan di atas lahan 17.000 meter persegi itu dimanfaatkan untuk fasilitas pengembangan dan aplikasi teknik analisis nuklir, uji instrumentasi nuklir, serta fasilitas pelatihan, dan penelitian dalam bidang fisika reaktor dan pengendalian reaktor.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yogyakarta Suparlan berpendapat, meskipun tak berada di jalur merah gempa bumi, namun reaktor nuklir Batan terletak di pusat kota Yogyakarta. Semestinya, pemerintah melakukan antisipasi awal agar kejadian seperti di Jepang tak terjadi di Yogyakarta.

"Tolok ukur bencana alam seringkali tak sesuai dengan perkiraan kita. Sebagai contoh, gempa bumi yang melanda Yogyakarta tahun 2006 ternyata juga melanda daerah-daerah yang sebelumnya tak diprediksi rawan gempa. Karena itu, antisipasi awal efek reaktor nuklir Batan juga perlu dipikirkan," paparnya.

Mengenai hal tersebut, Kepala Bidang Reaktor kompleks Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Batan Puradwi Ismu belum bersedia memberikan pernyataan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com