Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dana Gedung Baru DPR Harus Transparan

Kompas.com - 16/03/2011, 19:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti mengatakan, DPR harus transparan terkait seluruh penggunaan dana dalam proses pembangunan gedung DPR yang baru. Menurut Ray, sampai saat ini DPR belum memberi penjelasan tentang asal usul dana untuk pengadaan jasa konsultasi yang menghabiskan anggaran hingga Rp 14,5 miliar.

”Sampai saat ini mereka (DPR) telah menghabiskan dana untuk proses pengadaan jasa konsultasi sebesar Rp 14,5 miliar. Tapi, kami tidak tahu apakah dana tersebut valid atau tidak karena mereka tidak melakukannya secara transparan,” tutur Ray kepada wartawan di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Rabu (16/3/2011).

Ray mengatakan, permintaan proses transparansi tersebut sebagai bentuk upaya pencegahan korupsi yang sering terkait dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. ”Publik kan tidak tahu dari mana dana itu berasal. Kami hanya mencegah agar tidak ada praktik-praktik korupsi dalam pengunaan dana tersebut,” katanya.

Sementara itu, Ketua Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang mengemukakan, dari segi regulasi pengadaan barang dan jasa pemerintah, proyek bernilai di atas Rp 50 juta harus dilakukan melalui tender terbuka, seperti terdapat dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003. ”Ketika DPR bilang ada Rp 14,5 miliar, tidak dijelaskan dananya untuk apa. Kalau dana itu melalui proses penunjukan langsung, jelas menyalahi Keppres,” kata Salang.

KPK sendiri mencatat hingga akhir tahun 2010 telah menangani 196 kasus korupsi, 86 kasus di antaranya merupakan kasus korupsi yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Dari 86 kasus tersebut, praktik korupsi dilakukan dengan menggunakan modus penunjukan langsung dan penggelembungan (mark up) anggaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com