Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari PLTN Fukushima

Kompas.com - 14/03/2011, 04:09 WIB

Tiga tipe reaktor itu kini dikembangkan hingga generasi kedua dan ketiga. Bahkan, PWR memiliki generasi III plus. ”Pengembangan mengarah ke sistem pasif. Artinya, tak tergantung penanganan eksternal. Sistem yang terbangun secara otomatis melakukan pengamanan secara komprehensif dan terpadu,” kata Ferhat.

Desain BWR terbaru adalah advanced boiling water reactor (ABWR), yang dikembangkan akhir 1980. Pembangkit ini memiliki sistem kontrol komputer, sistem proses otomatis dan probabilitas kerusakan inti reaktor sangat rendah.

Sistem pengaman

Ketika gempa besar mengguncang Prefektur Fukushima, reaksi nuklir dalam inti reaktor di PLTN yang berada di dekat pantai itu otomatis berhenti. Ini sesuai dengan prosedur operasi standar yang dirancang.

Namun, dengan terhentinya reaksi fisi itu, teras tempat berlangsungnya proses tidak langsung mendingin. Bangunan teras yang terendam air masih bersuhu tinggi. Karena itu, ada prosedur lain yang harus dilaksanakan, yaitu pendinginan harus terus dilakukan dengan mengalirkan air ke teras. Dengan berhentinya aliran listrik akibat gempa, ada mesin genset yang akan bekerja menggantikannya.

Ada tiga mesin diesel yang bekerja memompa air. Sayangnya, tiga mesin itu gagal beroperasi. Skenario terakhir adalah menggunakan baterai cadangan yang dapat bekerja selama 8 jam. Namun, ini tidak cukup berarti dalam mendinginkan teras.

Berdasarkan kasus ini, menurut Ferhat, diperlukan perbaikan sistem cadangan pendinginan.

”Meski dilakukan pendinginan, suhu di dalam reaktor masih di atas 1.000 derajat celsius, ” kata Iwan Kurniawan, mantan karyawan Batan, yang juga menyelesaikan program doktornya di Jepang.

Kondisi ini menyebabkan

terjadinya reaksi antara zirkonium dan air menghasilkan gas hidrogen hingga tekanan dalam ruang reaktor naik. Hal ini mendorong dibukanya saluran keluar. ”Ledakan terjadi karena gas hidrogen dari dalam reaktor bertemu dengan oksigen di luar,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com