Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desmond: Gerindra Merasa Dijadikan Alat

Kompas.com - 09/03/2011, 19:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Gerindra merasa hanya dijadikan alat bagi Partai Demokrat untuk mengancam Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera. Sekretaris Fraksi Partai Gerindra, Demond J Mahesa mengungkapkan, Partai Demokrat seolah merangkul Gerindra untuk menekan Golkar dan PKS pasca pengambilan keputusuan terhadap usulan hak angket mafia pajak di parlemen.

Seperti diketahui, sikap politik Golkar dan PKS terkait usulan panja mafia pajak tersebut berbeda dengan Demokrat. "Ini politik Demokrat saja. Seolah-olah merangkul kami untuk menekan Golkar dan PKS tapi ternyata dua partai ini tetap (di koalisi), ya sudah," katanya ketika dihubungi, Rabu (9/3/2011).

Gaya politik Demokrat yang seperti itu, menurut Desmond, bagaikan jurus mabuk. "Kalau masalah politik ini bukan masalah permainan, ada yang pintar, ada yang bodoh, ada yang berkuasa ada yang tidak. Ini cuma jurus mabok," katanya.

Kendati demikian, Partai Gerindra, menurut Desmond tidak merasa kecewa meskipun Demokrat hanya menjadikan Gerindra sebagai alat. Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Dewan Pembina Demokrat sempat menawarkan kursi menteri pada Gerindra. "Nggak ada yang kecewa. Pak Prabowo malah ketawa. Gerindra ini miskin pengalaman. Benturan seperti itu memperkaya pengalaman," ucapnya.

Desmond juga mengatakan, sudah menjadi tabiat pemerintahan Yudhoyono memunculkan wacana pergantian menteri namun kemudian urung. "Sudah karakter (SBY), tiba-tiba nggak jadi. Ada menteri yang dipanggil terus berubah lagi. Hal begini sudah biasa," katanya.

Gerindra pun menyadari jika tiga nama calon menteri yang disiapkannya tidak akan ditarik ke Kabinet Indonesia Bersatu II. Seperti diberitakan, hubungan Gerindra dengan Demokrat terlihat makin dekat pasca Gerindra memilih menolak usulan hak angket mafia pajak bersama Partai Demokrat dan partai anggota koalisi lainnya. Di pihak lain terjadi ketidakharmonisan antara Demokrat dengan PKS dan Golkar yang memilih mendukung hak angket.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Sekretariat Gabungan Koalisi kemudian mengevaluasi koalisi. Presiden bertemu dengan para pimpinan partai membicarakan masa depan koalisi. Kemarin (Selasa, 8/3/2011) Yudhoyono bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie. Pertemuan tersebut mengasilkan kesepakatan bahwa Golkar tetap berada di dalam koalisi. Sementara nasib PKS, masih menunggu hasil pertemuan Yudhoyono dengan pimpinan PKS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Nasional
    Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

    Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

    Nasional
    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Nasional
    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    Nasional
    'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

    "Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

    Nasional
    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Nasional
    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

    Nasional
    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Nasional
    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Nasional
    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Nasional
    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Nasional
    'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    "Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    Nasional
    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com