Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yusril Sarankan Megawati Datangi KPK

Kompas.com - 27/02/2011, 17:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra mengatakan, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri seharusnya datang saja memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam kasus cek pelawat. Mega sebaiknya datang untuk diperiksa sebagai saksi yang diminta oleh Max Moein dalam perkara suap dalam pemilihan deputi gubernur senior Bank Indonesia 2004-2009 yang dimenangi Miranda Goeltom itu.

"Menurut saya, Bu Mega seharusnya datang, selain untuk memberikan teladan dalam upaya penegakan hukum, sekaligus juga menunjukkan integritas beliau sebagai pemimpin," katanya seusai mengikuti zikir akbar di lapangan Monas, Jakarta, Minggu (27/2/2011) sore.

Menurut Yusril, ketidakhadiran Mega bukan menjadi kesalahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pada dasarnya, kedatangan Mega merupakan permintaan Max Moein. Sementara itu, keinginan Mega datang atau tidak tak dapat dihakimi begitu saja. Namun, sebagai jalan keluar, Yusril mengatakan bahwa KPK bisa memanggil Mega dengan paksa. Yusril mengingat kasus Sisminbakum yang membelitnya.

Yusril mengatakan, dia juga meminta Kejaksaan Agung mendatangkan Mega sebagai saksi yang meringankan. Namun, entah Mega yang tak mau datang atau Kejaksaan Agung yang enggan memanggil, Yusril tak tahu.

Oleh karena itu, dirinya mengajukan ke Mahkamah Konstitusi. Jaksa Agung atau penuntut seharusnya mau memanggil saksi baik yang memberatkan maupun meringankan. Dengan demikian, tersangka memperoleh keadilan dan bisa mengajukan alibi.

"Dalam masalah saya dahulu, Sisminbakum, Bu Mega waktu itu menjabat sebagai Wapres. Dalam rapat-rapat kabinet, beliau yang meresmikan. Kemudian juga selama dia jadi Presiden, beliau pernah mengeluarkan PP yang menyatakan akses sisminbakum itu adalah PNBP yang harus masuk ke APBN. Kalau sekiranya beliau (Mega) menerangkan seperti itu, apa yang dituntutkan jaksa kan tentu enggak mempunyai dasar," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Nasional
    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Nasional
    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Nasional
    Ganjar Bubarkan TPN

    Ganjar Bubarkan TPN

    Nasional
    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    Nasional
    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    Nasional
    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

    Nasional
    Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Nasional
    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Nasional
    Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Nasional
    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Nasional
    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Nasional
    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com