Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Tukang Parkir Jadi Juragan Mebel

Kompas.com - 14/02/2011, 12:22 WIB

Dia lalu bertekad memiliki perusahaan furnitur. Usaha furnitur dirintisnya dan sedikit demi sedikit berkembang. Bahkan, perusahaannya juga menjadi salah satu pemasok perusahaan yang dahulu bosnya menganggap Dalyono tak bisa menggambar.

Suatu saat ia bertemu Ir Ciputra, pengusaha yang punya obsesi kewirausahaan sebagai kunci kemajuan bangsa. Ketika itu, Dalyono menjadi juara pemberdayaan masyarakat karena 25 pemuda yang dibinanya lewat usaha mebel Mataram Furnitur. Mereka adalah teman-teman di desanya, Kalimundu.

Awalnya agak sulit karena umumnya mereka tak berlatar belakang tukang kayu. Berkat usaha kerasnya, Dalyono pun terpilih sebagai pemuda pelopor tingkat nasional. Ia dinilai ikut serta memberdayakan masyarakat miskin.

Bupati Bantul (waktu itu) Idham Samawi lalu membiayai Dalyono untuk ikut kursus manajemen pada Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) lewat kerja sama dengan lembaga pendidikan Ciputra dan UGM. ”Saya belajar langsung bagaimana mengubah 'sampah' menjadi 'emas',” katanya.

Selepas kursus kewirausahaan di UGM, Dalyono mengembangkan inovasi produk. Akhir Mei 2006, ia menemukan inovasi mebel batik. Dengan itu, ia bisa mengikuti pameran sampai ke luar negeri.

Semua keberhasilan itu membuat Dalyono berpikir agar hidupnya juga bermanfaat bagi orang lain. Maka, selain mengusahakan mebel batik yang mempekerjakan 160 orang di berbagai kota sebagai pemasok mebelnya (antara lain Jepara, Temanggung, dan Sukoharjo), ia bekerja sama dengan Universitas Ciputra Entrepreneurship di Jakarta mengusahakan lima lembaga kursus dan pelatihan.

Usaha itu kemudian berkembang lagi dengan satu lembaga keuangan mikro. Lembaganya pun mendapat bantuan dari pemerintah sebesar Rp 250 juta, selain bantuan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Konsumsi ekspor

Kantornya menempati enam ruang SD Inpres yang ditutup karena tak ada murid. Sejak tiga tahun lalu Dalyono menyewa tempat itu Rp 200.000 per tahun. Ongkos sewa itu tahun depan bakal naik menjadi Rp 3,5 juta.

Ruang-ruang kelas diaturnya sedemikian rupa hingga layak menjadi kantor sampai ruang untuk membuat desain batik dengan sejumlah karyawan binaan mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com