Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amir: Niatnya Memang "Melumpuhkan" KPK

Kompas.com - 31/01/2011, 19:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com Keputusan Komisi III DPR melarang dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, mengikuti rapat-rapat di DPR terus dikritik. Mantan anggota Tim Delapan, Amir Syamsuddin, mengatakan, DPR tak seharusnya memperlakukan Bibit-Chandra seperti itu. Alasan bahwa keduanya masih berstatus tersangka dinilai tak berdasar.

Menurut Amir, apa yang dilakukan Komisi III DPR telah mempersulit kerja KPK. Hal itu dikatakan kepada Kompas.com, Senin (31/1/2011).

"Semua trik yang mereka lakukan semata-mata untuk mempersulit kerja KPK. Niatnya memang melumpuhkan KPK. Kita sudah melihat indikasinya, fit and proper test pimpinan KPK lambat, kemudian masa Busyro sengaja dibuat sedemikian rupa hanya satu tahun. Ini mengganggu kerja KPK," kata Amir.

Ketika ditanya apakah tindakan DPR ini sebagai bentuk balas dendam atas penahanan sejumlah politisi dalam kasus dugaan suap pemilihan Deputi Gubernur Senior BI Miranda Goeltom, Amir enggan berkomentar lebih jauh.

"Siapa pun politisi itu, tidak boleh ada alasan apa pun untuk mengganggu kerja KPK," katanya.

Alasan penolakan yang disampaikan Komisi III DPR, meski kasusnya telah di-deponeering oleh Jaksa Agung, status Bibit-Chandra tetap tersangka. Hal ini dinilai tak pantas secara etik. Dalam rapat internal, lima fraksi, yaitu PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, PPP, dan PKS, dengan tegas menolak kehadiran keduanya. Fraksi Demokrat, PAN, dan PKB menerima dan ada yang meminta fatwa Mahkamah Agung untuk mengambil sikap. Sementara Hanura tidak ikut dalam pengambilan keputusan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Nasional
    Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Nasional
    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Nasional
    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Nasional
    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Nasional
    'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

    "Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

    Nasional
    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Nasional
    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    Nasional
    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Nasional
    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Nasional
    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Nasional
    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Nasional
    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    Nasional
    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com