Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Lagu Digital, Selanjutnya Buku Digital

Kompas.com - 08/12/2010, 16:21 WIB

Hal sama juga terjadi pada saat situs lokal yang menjajakan aneka buku dan majalah, www.virtualxbook.com. Pengelola situs buku elektronik ini juga menawarkan sampai separuh harga untuk sebuah buku. Namun, model transaksi yang ditawarkan oleh Virtual x-book tak memakai payment gateway, namun sistem poin. Setiap buku beda poin. Buku “Rembulan di Padang Cinta” setebal 260 halaman karya Fahri Asiza dibanderol 36 poin untuk versi cetak, versi digital (on-line) 26 poin, sementara untuk sewa –dengan waktu terbatas- 14 poin.

Pembeli harus menjadi member situs ini sebelum bisa menikmati. Sedangkan untuk membeli buku, sebelumnya harus memiliki voucher yang bisa diisi-ulang. Perbandingan harga versi cetak dan digital (sebesar 10 poin) bisa menjelaskan mengapa versi digital atau elektronik lebih murah.

Toh begitu memang tak semua buku bisa dijual miring. Apalagi untuk buku-buku yang hard sale. Sebut saja buku “Eat, Pray, Love” karya Elizabeth Gilbert yang versi e-book di www.ebooks.com dijual seharga 15 dollar (atau sekitar Rp 135 ribu) untuk semua platform (iPad, ePub, PDF reader, dan Microsoft Reader). Padahal di retail biasa dijual seharga Rp 75.000,-

Peluang pengarang muda

Buku versi digital bagaimana pun dibuat untuk juga lebih mengatasi pembajakan yang lebih masuk akal. Hampir semua digital publisher telah membuat sistem proteksi dengan beberapa cara. Yang paling umum adalah dengan membuat kode anticopy-paste maupun antiprint. Bahkan ada pula yang hanya memberlakukan satu kali kesempatan download untuk satu buku. Apapun caranya, setidaknya cara ini lebih menjanjikan ketimbang yang terjadi pada buku tradisional – yang sampai sekarang tak mampu menolak pembajakan karya cipta.

Pertumbuhan buku digital jelas menjadi kabar gembira bagi para pengarang, khususnya pengarang muda dan pemula. Setidaknya mereka memiliki peluang lebih besar untuk menjual karyanya lewat opsi lain, sekaligus membongkar sulitnya pengarang baru untuk menembus industri buku yang selama ini sangat didominasi oleh publisher tertentu.

Memang, bermunculan publisher baru yang koleksi bacaannya tak kalah sohor. Namun, industri ini tetaplah membutuhkan konsep seleksi materi lantaran terbeban oleh biaya produksi yang tak sedikit. Karena itulah kadang industri ini seperti tak berpihak pada seorang pemula sekalipun. Bahkan cenderung memilih karya tertentu yang telah teruji lewat media blog sebagai cara untuk melakukan uji pasar.

Buku digital tidak memerlukan konsep seleksi awal. Siapapun bisa menulis dan mengemas jadi buku. Sementara itu proses pengemasaannya pun selesai sampai di tingkat digitalisasi, entah menggunakan format PDF, e-pop, atau format lain. Publisher digital juga kerap tak mau repot. Virtual X-book umpamanya, mereka menerima karya apapun, yang penting siap masuk “etalase” dalam bentuk jadi. Dalam hal ini, proses pencetakan yang biasanya makan waktu bisa dieliminir. Dengan kata lain, ketika buku Anda jadi saat ini, maka saat itu pula buku Anda bisa segera dijual.

Karena pengurangan beberapa beban biaya itu pula, umumnya kontrak kerjasama antara publisher digital dengan pengarang menjadi lebih mudah dan cepat. Bahkan, seorang pengarang diberikan akses untuk memperoleh perkembangan penjualannya secara rutin. Dan, tentu saja pengarang bisa melakukan klaim ke publisher ketika masa pembayaran tiba.

Industri telekomunikasi

Dalam konteks industri telekomunikasi sekarang ini, ketika operator menjalankan bisnis aplikasi sebagai bagian dari mengembangkan pendapatan dari sisi data plan, hasil riset yang ditampilkan oleh Apple, IDPF, maupun pengalaman yang diterapkan oleh beberapa publisher digital seperti Amazon.com atau e-book.com, maupun situs lokal Virtual X-book mustinya akan melengkapi bisnisnya.

Begitu banyak buku lokal yang dapat diterjemahkan ke bahasa asing agar tersebar secara global, atau bacaan lawas yang bisa di-daur-ulang, pun menghimpun pengarang muda yang jumlahnya amat luar biasa. Sumber daya ini adalah “harta” luar biasa. Dengan kata lain, operator mugkin saja melebarkan usaha menjadi “publisher digital” lewat aplikasi yang ditawarkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com