Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JCLEC, Buah Kerjasama Polri dan AFP

Kompas.com - 21/11/2010, 17:20 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Pernah mendengar nama JCLEC? Sebagian orang mungkin belum mengenal pusat pelatihan penegakan hukum Kepolisian RI bertaraf internasional itu.

JCLEC, yang merupakan kepanjangan dari Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation, melatih para penegak hukum yang ingin meningkatkan keahlian operasionalnya dalam menangani kejahatan lintas negara termasuk terorisme. Dibangun atas kerjasama pemerintah Indonesia dan Australia, JCLEC dikelola Kepolisian RI dan Kepolisian Federal Australia (AFP).

Direktur Eksekutif JCLEC, Brigjen (Pol) Boy Salamuddin mengatakan, Australia merupakan pendonor utama pembangunan JCLEC.

"Mitra strategis kita Australia, menyumbang 61,99 persen dana," ujarnya saat menyambut pewarta di JCLEC, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (20/11/2010).

Pada tahap pertama, Australia menyediakan 36 juta dollar Australia untuk pembangunan JCLEC. Kemudian, selama empat tahun ke depannya, Australia menyumbang 7 juta dollar Australia per tahun. Juga sebanyak 20 ribu dollar Australia setiap satu kali pelatihan.

Lantas, apa alasan Australia menjadi pendonor utama? Perwakilan Australia yang juga Direktur Eksekutif JCLEC, Brian Thomson mengungkapkan, kepedulian Australia terhadap kejahatan terorisme menjadi alasan utama pendonoran JCLEC. Banyak warga negara Australia yang menjadi korban aksi pengeboman teroris di Indonesia.

"Banyak korban warga Australia dalam kejadian bom Bali. Agar Indonesia dan Australia tidak lagi jadi korban terorisme," katanya.

Hubungan Indonesia-Australia yang terbangun sangat baik sejak 2004 pun, kata Brian, menggerakkan Australia untuk mendonorkan dananya.

Diharapkan, ke depannya JCLEC mampu meningkatkan keamanan kawasan Asia Tenggara plus Australia.

Stabilitas Kawasan
Dikatakan Boy, Indonesia dipilih sebagai lokasi pendirian JCLEC karena Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi korban kejahatan terorisme. Di Indonesia, kata Boy, tersembunyi sel-sel terorisme atau kelompok-kelompok yang memiliki ideologi melenceng.

Ditambah lagi, letak Indonesia yang cukup strategis. Terganggunya stabilitas keamanan Indonesia, kata Boy disinyalir dapat mempengaruhi stabilitas kawasan.

"Jadi kepentingan JCLEC terhadap regional kawasan dan nasional banyak sekali. Mendorong adanya regional atau national awarness, merasakan adanya sel-sel kelompok orang yang memiliki keinginan berbeda atau keluar konstitusi," papar Boy.

Dia juga menambahkan, meskipun menjadi negara pendonor utama, Australia akan kesulitan jika ingin mengintervensi kebijakan keamanan nasional Indonesia.
"Karena ada etika diplomasi, etika kerjasama regional internasional, ada kesetaraan, dan norma-norma yang tidak bisa dilangkahi," tukasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com