Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

17 Hari Asmara Bertahan di Guangzhou...

Kompas.com - 28/10/2010, 13:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebelum mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Fuda, Guangzhou, China, Mantan Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Asmara Nababan telah menjalani perawatan di Negeri Tirai Bambu itu sejak 12 Oktober 2010.

Sekretaris Eksekutif Perkumpulan Demos Inggrid Silitonga, dalam percakapan per telepon pada Kamis (28/10/2010) siang, memberikan izin kepada Kompas.com untuk menggunakan tulisan mengenai perjalanan kondisi kesehatan Asmara dalam blognya untuk digunakan dalam tulisan ini.

Inggrid adalah salah satu kerabat dekat Asmara. Keduanya aktif dalam perkumpulan Demos, sebuah Lembaga Kajian Demokrasi dan Hak Asasi. Asmara sempat memimpin lembaga itu sejak Oktober 2002 hingga Januari 2009. "Saya bukan keluarga, tetapi saya mengenal beliau sangat dekat. Saya menganggap beliau sebagai keluarga saya," kata Inggrid.

Dalam tulisannya, Inggrid bercerita, pada 12 Oktober 2010, putri bungsu Asmara, Aviva Nababan, mengirimkan sebuah pesan singkat kepadanya. SMS itu berisi kabar bahwa Aviva bersama sang ibu, Magdalena Helmina Sitorus, berangkat ke China untuk melanjutkan perawatan terhadap Asmara.

Asmara didiagnosis menderita kanker paru-paru sejak akhir tahun 2009. Ia sempat menjalani operasi di RS Dharmais pada 23 Desember 2009. Setelah operasi tersebut, Asmara mencoba menjalani berbagai macam cara untuk mencapai kesembuhan.

Kondisi Asmara yang kian memburuk mulai terdeteksi saat ia menjalani pemeriksaan kesehatan di Singapura, awal Oktober lalu. Kala itu, ditemukan bahwa kanker di paru-paru asmara telah menyebar hingga ke hati dan otak.

Keluarga lantas memilih Guangzhou, China, sebagai tempat pengobatan bagi Asmara. Dalam persiapan perawatan ke China, Asmara sempat menjalani perawatan di RS Gading Pluit, mulai 7 Oktober, sebelum berangkat para 12 Oktober.

Dalam perawatan di Guangzhou, paru-paru Asmara terdeteksi mengalami infeksi dan tergenang air. Penanganan sel kanker pun terhambat sebab tim dokter harus menyembuhkan infeksi di paru-paru tersebut sebelum melakukan penanganan terhadap kankernya.

Inggrid menuliskan, selama perawatan, Asmara mendapat asupan antibiotik dan obat-obatan untuk hati dan pencernaan. Obat-obat itu sempat berfungsi baik. Namun, pada 22 Oktober lalu, kondisinya melemah. Ia mengalami kesulitan pernapasan dan kemudian menjalani perawatan di UGD dengan alat bantu pernapasan.

Asmara lantas menjalani operasi pada 25 Oktober 2010. Operasi ini dilaksanakan untuk membuka saluran pernapasan. Namun, pasca-operasi, kondisinya justru semakin menurun. Bahkan, dokter pun sempat mengakui bahwa harapan hidup Asmara kian menipis.

Toh, dalam kondisi seperti itu kesadaran Asmara masih tinggi. Walau hanya mengangguk dan menggoreskan jari-jarinya di tangan istrinya, Magdalena, ia masih bisa diajak berkomunikasi.

Kesadaran dan semangat hidupnya itu harus berakhir hari ini. Asmara harus pergi menghadap Ilahi pada pukul 11.30 WIB. "Saya menelepon Ibu Magdalena pada pukul 12.00 WIB atau 30 menit setelah beliau dinyatakan meninggal," ungkap Inggrid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

Nasional
Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com