Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stok Beras Berkurang

Kompas.com - 08/10/2010, 03:19 WIB

Palembang, Kompas - Stok beras di Kota Palembang, Sumatera Selatan, yang berkurang tajam sejak September lalu membuat harga beras melonjak menjadi Rp 7.000-Rp 7.500 per kilogram. Kondisi itu terjadi karena sebagian petani di Sumatera Selatan menunda tanam.

Petani di daerah itu yang menggarap lahan rawa lebak dan pasang surut menunda tanam sejak tiga bulan lalu karena terimbas anomali cuaca.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Palembang dan Bulog Palembang, Kamis (7/10), stok beras di pasar-pasar kota itu rata-rata 70 ton per bulan. Namun, sejak awal September, volume beras yang beredar di tingkat distributor dan pengecer (pedagang) hanya berkisar 30 ton.

”Kemudian hingga awal Oktober, stok beras makin menipis. Pemantauan kami menunjukkan, stok yang beredar di pasaran hanya 20 ton. Jika mempertimbangkan angka konsumsi masyarakat yang mencapai 1.500 ton per hari, kondisi ini cukup mengkhawatirkan,” kata Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop Palembang Yustianus Jakfar, Kamis di Palembang.

Berkurangnya pasokan mengakibatkan harga beras terus naik tiga pekan ini. Di Pasar Cinde, beras kualitas rendah naik dari Rp 4.000 menjadi Rp 5.000 per kilogram (kg), beras medium dari Rp 6.900 per kg menjadi Rp 7.500, dan beras kualitas baik naik dari Rp 7.900 per kg menjadi Rp 8.800.

Menurut Syahdan (48), pedagang Pasar Cinde, biasanya harga beras menurun seusai Lebaran. Namun, pada tahun ini justru sebaliknya, harga beras bertahan dan terus naik.

Terus tertunda

Berdasarkan hasil pemantauan di Kabupaten Banyuasin dan Palembang, sebagian petani hingga kini belum memulai aktivitas tanam padi. Kondisi ini terutama dialami petani yang menggarap lahan pertanian rawa lebak dan pasang surut.

Nurjaman (47), petani Desa Pulokerto, yang menggarap lahan rawa lebak di kawasan agropolitan terpadu, masa tanam biasanya dimulai Agustus atau awal kemarau. Namun, masa tanam tahun ini tertunda selama tiga bulan karena curah hujan masih tinggi hingga Oktober.

”Padahal, awal kemarau merupakan saat paling baik untuk menanam padi di rawa lebak karena kondisi airnya sesuai. Padi bisa tumbuh subur karena air di rawa mulai surut, tetapi tidak terlalu kering,” kata Nurjaman.

Bagi Nurjaman dan petani rawa lebak lainnya, kondisi seperti itu merugikan karena waktu menanam padi hanya terjadi setahun sekali. Jika waktu menanam padi diundur hingga tiga bulan, dikhawatirkan pula hasil panennya tidak akan maksimal karena pengaruh pergantian cuaca dari kemarau ke hujan.

”Masa tanam padi rawa lebak hingga panen empat bulan. Kalau mundur, waktu panen sudah mendekati musim hujan lagi,” ujarnya.

Asuransi pertanian

Di Di Tanjungpura, Kalimantan Barat, Kamis, Menteri Pertanian Suswono menyatakan, revitalisasi sektor pertanian, khususnya untuk komoditas bahan pangan, diikuti upaya peningkatan pengamanan terhadap petani dengan menggulirkan asuransi pertanian. Hal itu dilatarbelakangi karena pemerintah hanya bisa mengganti bibit dan pupuk jika gagal panen. ”Ide dasarnya adalah menyelamatkan petani dari kerugian yang lebih besar karena komponen terbesar dari produksi padi adalah biaya tenaga kerja,,” katanya. (oni/aha)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com