Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militansi dan Intelektualisasi TNI

Kompas.com - 05/10/2010, 04:12 WIB

Reformasi TNI mengarahkan juga TNI untuk beradaptasi dengan perkembangan dunia dan melakukan berbagai perubahan terukur yang produktif. Revolutionary on military affair menjadi tantangan bagi TNI untuk tampil prima, baik pada skala pemikiran maupun sikap dan tindakan.

Di era masyarakat sipil yang begitu transparan, kelemahan dan kekurangan kualitas prajurit, terutama perwiranya, sangat mudah tampak. Ketika itu terjadi, akan langsung diperoleh vonis dari publik. Jika prajurit TNI tidak punya keunggulan daya saing dan malas mengembangkan diri, konsekuensinya akan ketinggalan, bahkan menjadi tertawaan.

Masa kini dan masa mendatang tak lagi laku gaya simbolis dan jago kandang yang menghindari tantangan yang heterogen dan kompleks. Itu berlaku baik pada lingkup mikro yang membutuhkan kualitas teknis dan taktis maupun makro yang per- lu penguasaan masalah strategis. Mengapa ini sampai terjadi? Karena era sebelum reformasi, di masa otoriter, perundangan memosisikan TNI pada status identik dengan pemerintah. TNI terlibat langsung dalam pengambilan keputusan politik pemerintah dalam menyelesaikan berbagai permasalahan nasional. Jika ada kelemahan, itu tak akan tampak karena terselubung dalam sistem yang otoriter dan homogen. Namun, di era keterbukaan sekarang, TNI tak mungkin lagi ikut terlibat perpolitikan praktis seperti di masa lalu.

Era reformasi sesungguhnya tetap memberikan ruang gerak cukup kepada TNI untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan masyarakat madani. Hanya saja, sumbangan tenaga dan pikiran tetap diletakkan dalam kerangka TNI sebagai alat pertahanan negara di bawah otoritas sipil berdaulat. Era reformasi tak boleh juga membuat TNI mengabaikan fungsi teritorial sebab fungsi teritorial bukan hanya porsi TNI, melainkan juga bagian dari fungsi pemerintahan sipil.

Pembinaan teritorial oleh TNI tidak ada bedanya dengan yang diselenggarakan aparat pemerintah dalam menjaga kelangsungan pembangunan. Yang terpenting di era reformasi, fungsi teritorial TNI harus memberikan kontribusi positif bagi pengembangan masyarakat sipil dan demokratisasi tanpa mengubah jati diri TNI.

Militansi dan intelektualisasi

Adalah keliru ketika TNI tetap menjaga nilai-nilai dan prinsip jati dirinya ditafsirkan sebagai status quo. Prajurit TNI tidak boleh mengubah sikap militansi kepada Republik. Mereka harus melengkapi sikap militansi itu dengan intelektualisasi diri. Prasyarat militansi prajurit TNI adalah adanya sikap percaya diri dan yakin atas identitas nasionalisme yang tidak kenal kata surut. Prajurit TNI tidak boleh menyerah dalam menjalankan tugas dan untuk mencapai tujuan harus konsisten dan berani menghadapi perubahan.

Secara bersamaan, untuk meningkatkan kualitas prajurit TNI, intelektualisasi harus diwujudkan dalam cerdas merebut peluang. Tak kalah penting, prajurit TNI harus bersikap inovatif dan kreatif dalam memanfaatkan ilmu dan teknologi. Mari kita tumbuh kembangkan militansi dan intelektualisasi sebagai suatu keniscayaan yang berakar dari jati diri TNI. Sapta Marga dan Sumpah Prajurit harus mampu menambah bobot reformasi TNI. Bersiaplah seluruh prajurit TNI untuk menghadapi tugas sebelum tugas bersiap menghadapi kita. Dirgahayu TNI yang berhari jadi ke-65....

Sjafrie Sjamsoeddin Wakil Menteri Pertahanan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com