Sesekali ditambah ikan asin. Tak heran kalau ikan tongkol menjadi menu istimewa baginya.
Lain lagi dengan komentar Sariwana, dia paling doyan makan pada Senin (6/9) siang. Saat itu, panitia menyediakan lauk gulai ayam ditambah urap, yakni parutan kepala dicampur taoge dan kacang panjang. Saking lahapnya, dia sampai minta tambah nasi.
Baginya, setelah berhari-hari makan mi instan atau sup sayur, sambal lalap menjadi menu istimewa. Waktu masih tinggal di rumah, urap menjadi menu favoritnya.
”Saya paling suka ikan kaleng (sarden), kuah dan aromanya membuat doyan makan. Kalau setiap hari dikasih ikan kaleng, saya bisa tambah gemuk tinggal di sini he-he-he,” ujar Rahmat Pandia (37), pengungsi di Jambur Lige, Kabanjahe, yang berat badannya mencapai 75 kilogram.
Relawan di dapur umum Jambur Adil Makmur, Reni Sembiring (53), menjelaskan, menu makanan yang diberikan kepada pengungsi diupayakan sevariatif mungkin agar mereka tidak bosan. Namun, itu juga bergantung pada bahan yang ada. Kamis (9/9) ini, dia berencana memasak sup daging sapi bagi para pengungsi untuk pertama kalinya.
”Kami bersyukur masih bisa makan di pengungsian. Apalagi makan daging sapi,” papar Biasana Sitepu (38), warga Desa Laman, Kecamatan Naman Teran, yang mengungsi di Jambur Adil Makmur. (Mohammad Hilmi Faiq)