Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"WAAS" DAN MUDIK, PENGALAMAN ESTETIK

Kompas.com - 08/09/2010, 17:22 WIB

Pemandangan alam Parahyangan direspons indra dan memicu terciptanya kualitas perasaan lain yang lebih. Selain sukacita dan gembira, sekaligus bangkit rasa haru, galau, pilu, getir, melankolis, dan sebagainya. Semua terjadi bersamaan alias campur aduk di dalam batin.

Estetika dalam budaya Sunda, menurut HR Hidayat Suryalaga, senantiasa menyertakan unsur waktu (momentum). Dengan demikian, waas memiliki unsur momentum atau nuju pareng (pada waktunya). Mudik Lebaran memiliki nilai pengalaman estetik karena juga mengandung unsur momentum yang berbeda dengan pulang kampung di luar Lebaran.

Saya kira salah satu pendorong orang mudik Lebaran adalah justru pengalaman estetik khas yang disebut waas itu. Pengalaman mudik di tahun-tahun lalu menghasilkan segugus pengalaman estetik unik yang secara kolektif terukir di hati setiap pemudik. Menjelang Lebaran, pengalaman mudik tahun lalu muncul menggerakkan dan membangkitkan dorongan untuk kembali mengalaminya.

Perjalanan mudik yang penuh perjuangan menambah besar harapan tentang keindahan saat berkumpul bersama keluarga besar di kampung. Ritual mudik seperti sebuah novel happy ending. Ritual itu diawali dengan waas atas peristiwa mudik tahun lalu, dijalani dengan penuh perjuangan di perjalanan (terjebak kemacetan berjam-jam, mencari rute alternatif yang sering jadi lebih jauh, berbuka puasa di jalan), kemudian berakhir dengan sukacita berkumpul bersama keluarga di kampung. Keindahan mudik

Kualitas mudik sebagai pengalaman estetik, bila dicari persamaannya dalam seni rupa kontemporer, barangkali lebih kurang siga pengalaman estetik setelah menatap lukisan karya Tisna Sanjaya. Lukisannya tidak memberi kita pengalaman visual tentang keindahan alam dan kehidupan ideal di dalamnya, tetapi karut-marut dinamika kehidupan sosial, potret perjuangan manusia dalam upaya mencapai keindahan yang ternyata telah terkoyak dan rusak.

Bila kehidupan indah di lukisan Tisna adalah kari waasna (tinggal kenangan), dalam mudik kita mencoba tetap meyakini bahwa keindahan itu, meski dengan perjuangan mudik yang tidak mudah, tetap ada dan layak diperjuangkan.

Mudik adalah pengalaman estetik karena ia membangkitkan berbagai perasaan yang demikian kompleks. Semua aspek dalam proses mudik adalah bagian dari properti keindahan mudik.

Dilihat dari makna waas, mudik adalah sebentuk ziarah atau napak tilas ke dalam properti waas itu sendiri, yaitu lingkungan di sepanjang perjalanan, kampung halaman, serta orangtua dan kerabat. Selain itu, masa lalu dan kesadaran terhadap dua wajah kehidupan yang melekat dan selalu kita bawa, yaitu kehidupan kota sekarang dan kampung sebagai masa lalu yang senantiasa kita jenguk setiap tahun.

Mudik adalah pengalaman estetik yang membingkai keindahan Lebaran, ritual kembali ke asal yang memupuk pengalaman religius akan kebesaran Tuhan. JAMALUDIN WIARTAKUSUMAH Dosen Desain Itenas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com