Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minim, Kajian Sastra di Bali

Kompas.com - 13/08/2010, 21:15 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Sejumlah akademisi mengakui minimnya kajian dan penelitian terkait sejarah sastra Bali di kampus-kampus di Pulau Dewata. Ini berdampak kepada sedikitnya referensi mengenai perkembangan sastra atau karya-karya sastra Bali untuk kepentingan pendidikan.

Bahkan, mereka juga membenarkan rendahnya minat meneliti di kalangan dosen dan mahasiswa, khususnya yang berada di Fakultas Sastra, seperti Universitas Udayana. Karenanya, munculnya buku-buku ulasan hingga penelusuran sastra Bali memperkaya referensi yang minim tersebut.

I Dewa Gede Windhu Sancaya, dosen Fakultas Sastra Unud mengatakan buku-buku apa pun yang terkait dengan sastra Bali menjadi penting dan bacaan wajib, meski dirasakan masih memiliki kekurangan. "Kami mengakui masih langkanya terutama tulisan dan penelitian mengenai sejarah sastra hingga sekarang," kata Sancaya, Jumat (13/8/2010).

Apalagi, menurut Gede, sastra Bali sempat dirasakan vakum selama 20 tahun mulai 1939 hingga 1959. Selanjuitnya, sastra Bali kembali muncul bersamaan dengan seringnya perlombaan terkait dengan bidang sastra. "Meski masih perlu kajian apakah karya-karya yang bermunculan itu bisa dikatakan karya sastra atau bukan, intinya sastra Bali sebenarnya masih ada peminat dan pemerhati. Hanya saja, masih minimnya kajian untuk itu," ujarnya.

Hal senada juga dikatakan I Made Sujaya, penulis sastra Bali. Ia mengkritisi kurangnya motivasi untuk melengkapi dan menelusuri sastra Bali. "Perkembangan sastra Bali masih kurang dibandingkan di Jawa. Di Bali masih berada di tataran tinjauan, belum kajian secara utuh menyeluruh," katanya.

Dalam buku "Tonggak Baru Sastra Bali Modern" oleh Darma Putra tersebut adanya penemuan baru adanya sastra Bali pada tahun 1910 karya-karya I Made Pasek dan Mas Nitisastro. Temuan ini mengubah temuan sebelumnya yang menyebitkan karya sastra pertama adalah Nemoe Karma oleh Wayan Gobiah pada 1931.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com