Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lain SBY, Lain Pula Noynoy

Kompas.com - 17/07/2010, 09:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Filipina Benigno Aquino (Noynoy), seperti dilansir AFP 2 Juli 2010 lalu, memilih untuk turut terjebak kemacetan bersama pengguna jalan lainnya saat bepergian dengan kendaraannya.

Itu terjadi di dua hari pertama pemerintahannya. Ia juga melarang penggunaan sirene dan memerintahkan sopirnya untuk berhenti saat lampu merah. Noynoy juga menolak menggunakan jalur khusus yang bisa memperlancar jalannya.

Namun akibatnya, Noynoy terlambat 40 menit untuk menghadiri parade militer. Apa yang dilakukan Noynoy itu untuk memenuhi janjinya saat pemilu Filipina yang digelar pada Mei lalu. Saat pidato pelantikannya akhir Juni lalu, putra Corazon Aquino ini mengatakan, "Tak akan ada sirene, tidak ada counter flow," katanya. Meskipun, pilihan sikap Nonov ini membuat pusing para pengawalnya.

Di Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono baru dikritik secara terbuka oleh seorang warga Cibubur, Hendra NS, yang menyampaikan keluhannya melalui Surat Pembaca Kompas, kemarin.

Hendra acap kali berpapasan dengan rombongan Presiden SBY dalam perjalanannya ke kediaman pribadi di Cikeas, Jawa Barat. Pekan lalu, Hendra mengalami tindakan tak mengenakkan karena dihardik dan diancam "dibedil" oleh seorang petugas pengawal saat ia kebingungan menepi karena ada lebih dari satu instruksi dari petugas.

Hendra pun meminta Presiden lebih sering menetap saja di Istana Negara yang menjadi kediaman resmi kepala negara. Alasannya, kelancaran berkendara di Cibubur hanya bisa dirasakan oleh Presiden, tidak untuk rakyatnya.

"Memang kalau kita lihat sekarang, rombongan Presiden kalau lewat semakin panjang. Dan sepertinya pengamanan semakin ketat. Ini mengakibatkan penyetopan kendaraan menjelang rombongan lewat menjadi lebih lama. Hal ini menunjukkan semakin senjangnya pelayanan untuk masyarakat dan pejabat," kata pengamat kebijakan publik, Andrinof Chaniago, kepada Kompas.com, Sabtu (17/7/2010) pagi.

Kenyataan seperti ini, menurut Andrinof, sangat merepotkan warga. Apalagi terjadi di Jakarta ataupun di kota besar lainnya yang mengalami kemacetan parah. Meski tak harus meniru langkah ekstrem yang dipilih Noynoy, Presiden SBY diharapkan bisa mengevaluasi iring-iringan rombongan pengawalnya yang semakin panjang.

"Bagaimanapun, keselamatan Kepala Negara harus dijamin. Tetapi, bisa diminimalisasi dengan mengurangi rombongan pengawal. Tidak perlu terlalu panjang seperti sekarang. Kan bisa juga untuk penghematan," kata Andrinof.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ketua Panja Sebut RUU Kementerian Negara Mudahkan Presiden Susun Kabinet

    Ketua Panja Sebut RUU Kementerian Negara Mudahkan Presiden Susun Kabinet

    Nasional
    Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta 'Reimburse' Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

    Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta "Reimburse" Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

    Nasional
    KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

    KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

    Nasional
    Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

    Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

    Nasional
    Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

    Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

    Nasional
    Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

    Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

    Nasional
    KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

    KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

    Nasional
    Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

    Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

    Nasional
    Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

    Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

    Nasional
    Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

    Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

    Nasional
    Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

    Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

    Nasional
    Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

    Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

    Nasional
    Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

    Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

    Nasional
    Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

    Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

    Nasional
    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com