Jakarta, Kompas -
Menurut Kepala Satpol PP DKI Jakarta Effendi Anas, Minggu (11/7) di Jakarta Pusat, para pengemis kerap membawa bayi untuk meningkatkan belas kasihan pengendara kendaraan atau orang lewat. Padahal, bayi yang dibawa untuk mengemis itu biasanya bukan bayi mereka dan diberi obat tidur agar tidak rewel saat diajak meminta uang.
”Cara ini sangat tidak manusiawi dan harus segera dihentikan secara paksa. Apalagi, jika bayi-bayi yang mereka manfaatkan adalah anak orang lain,” kata Effendi.
Selain itu, anak di bawah umur yang menjadi pengemis biasanya dikoordinasi oleh seorang dewasa yang menjadi bagian dari sindikat pengemis. Padahal, mempekerjakan anak kecil sebagai pengemis adalah kejahatan. Bahkan, tindakan tersebut melanggar peraturan daerah.
”Kami bekerja sama dengan kepolisian untuk menertibkan pengemis dan menangkap aktor- aktor sindikatnya. Intelijen kepolisian meneliti keberadaan para aktor sindikat pengemis yang akan kami tangkap,” kata Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta Kian Kelana.
Menurut Kelana, aktor sindikat eksploitasi anak ditangani aparat kepolisian. Sementara anak-anak yang menjadi korban eksploitasi itu ditampung di panti sosial untuk dibina atau dikembalikan kepada orangtua mereka masing-masing.
Mereka menyiapkan lima panti sosial untuk menampung anak- anak yang menjadi korban eksploitasi itu. Panti Balita di Ceger, Jakarta Timur, untuk menampung korban eksploitasi yang berusia 5 tahun ke bawah.
Panti Asuhan Anak di Duren Sawit dan Panti Asuhan Anak di Klender, Jakarta Timur, untuk menampung anak-anak berusia 5-12 tahun. Panti Asuhan Anak Remaja di Cengkareng, Jakarta Barat, dan Panti Asuhan Anak Remaja di Duren Sawit, Jakarta Timur, untuk menampung
Dinas kesehatan juga akan terlibat untuk memeriksa bayi dan anak-anak yang menjadi korban eksploitasi. Banyak di antara mereka diduga menderita berbagai penyakit karena hidup dengan polusi udara dan kondisi yang tidak layak.
Ada pula pemeriksaan secara mendalam kepada anak yang menjadi korban kekerasan secara seksual. Korban kekerasan seksual lebih rawan terhadap berbagai penyakit menular seksual.
Petugas juga menyiapkan pemulihan secara psikologi bagi mereka agar dapat menjalani hidup secara normal.