Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merajut Nusantara Menghadirkan Indonesia

Kompas.com - 28/06/2010, 09:22 WIB

OLEH JAKOB OETAMA Merajut Nusantara, Menghadirkan Indonesia. Dua kalimat itu sengaja diangkat ke permukaan. Tak ada maksud gagah-gagahan dan sok dengan jargon dan slogan, tetapi terutama karena itulah realitas, rasa-perasaan yang mengentak di saat merayakan usia 45 tahun harian Kompas.

Merajut Indonesia dipilih sebagai tema tahun ini menyadari realitas kemajemukan. Indonesia ibarat hasil rajutan potongan- potongan kain perca dari berbagai bahan, dari bahan sutra asli hingga belacu. Jadilah ibarat kutang nenek tua, karya instalasi indah. Perca kain sutra dan belacu menjadi indah dan berharga mahal, tidak ketika masing-masing sendirian, tetapi ketika tersambung bersama, ketika dirajut dengan hati, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Kemajemukan sudah taken for granted, realitas yang harus diterima sebagai kenyataan yang perlu disyukuri. Walaupun kemajemukan memungkinkan potensi gampang terjadinya bentrok, dan konflik, realitas merupakan anugerah yang kita perkaya dan kembangkan sesuai dengan perkembangan zaman.

Para Bapak Bangsa mewariskan keyakinan mensyukuri keragaman dengan falsafah Pancasila. Kompas yang terbit pertama kali tanggal 28 Juni 1965 memungut realitas kemajemukan sebagai batu sendi dan batu penjuru eksistensialnya. Eksistensi kemanusiaan yang imani, humanisme transendental, menjadi falsafah yang ditimba dari realitas Indonesia, sumber referensi dan inspirasi.

Realitas kemajemukan sudah banyak diomongkan, disampaikan dalam pidato, dan diseminarkan. Seiring dengan itu sudah tersaji kepada publik lewat media massa, termasuk media cetak Kompas, realitas menjadi kasatmata, terlihat dan terasakan publik. Dia tidak hanya diomongkan, tetapi juga dihidupi dan dihayati pelan-pelan menjadi built in, menyatu sebagai kesatuan eksistensial bangsa Indonesia, menjadi sesuatu yang hidup dalam sanubari manusia dan bangsa Indonesia.

Mengenal Tanah Air, topik yang setahun terakhir mewarnai rapat-rapat newsroom, Kompas berada dalam satu tarikan napas dengan Merajut Nusantara dan Menghadirkan Indonesia. Mengenal Tanah Air, berarti menunjukkan kepada publik kekayaan alam, kreativitas, dan kebudayaan Indonesia. Itulah potongan-potongan kain perca Indonesia yang dirajut, dan dengan demikian media menghadirkan Indonesia—membenarkan keyakinan Mc Luhan bahwa media itu pesan.

Menyelenggarakan ekspedisi- ekspedisi, terakhir Ekspedisi Musi, melaporkan, mengembangkan, memberi makna, memberikan arahan dan menganalisis peristiwa berada di bawah payung menghadirkan Indonesia dengan falsafah kemanusiaan yang imani. Secara khusus dalam konteks dan kerangka itu pementasan drama musikal Diana digarap untuk perayaan 45 tahun Kompas.

Jati diri lembaga media massa, termasuk surat kabar—sebagai bagian dari ekstensi masyarakat (de Volder)—adalah berubah. Tidak hanya berubah dalam cara, menyampaikan kritik with understanding, teguh dalam perkara lentur dalam cara (fortiter in re suaviter in modo), juga dalam sarana atau alat menyampaikan.

Perilaku yang begitu dinamis dalam cara orang memperoleh informasi mendorong Kompas melakukan "revolusi" internal.

Ketika faktor kemasan apik menjadi daya tarik dalam konteks cara menyampaikan yang lebih produktif, ketika faktor kenikmatan membaca menjadi tuntutan masyarakat, Kompas di tahun 2005 melakukan perubahan format dan penampilan. Pengecilan ukuran, penyajian dengan visualisasi lebih atraktif dan menggigit dilakukan dalam koridor meningkatkan potensi tersampaikannya pesan-pesan lebih produktif kepada khalayak.

Di tahun 2010 ini, bertepatan 45 tahun, dengan semakin mudahnya orang mengakses informasi tidak hanya dari media cetak dan elektronik (televisi), prediksi beberapa tahun lalu menjadi kenyataan. Informasi tidak hanya diperoleh lewat kertas, seperti yang disajikan Kompas lebih dari 40 tahun, tetapi juga beragam sarana alat komunikasi, mulai dari yang paling sederhana dan murah hingga yang paling rumit, pintar (smart), dan dengan harga yang relatif tetap terjangkau. Saat ini tidak kurang dari 30 juta orang Indonesia mengakses internet. Jumlah itu terus bertambah sejalan dengan semakin murahnya harga alat teknologi.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

    Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

    Nasional
    Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

    Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

    Nasional
    TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

    TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

    Nasional
    Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

    Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

    Nasional
    PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

    PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

    Nasional
    Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

    Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

    Nasional
    Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

    Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

    Nasional
    Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

    Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

    Nasional
    PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

    PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

    Nasional
    Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

    Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

    Nasional
    Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

    Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

    Nasional
    Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

    Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

    Nasional
    Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

    Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

    Nasional
    Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

    Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

    Nasional
    Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

    Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com