Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Jakarta Ramah Bagi Pesepeda?

Kompas.com - 19/06/2010, 05:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Tepat tujuh hari silam, seorang pesepeda, Adi Nagara atau Dara, tewas dihantam sebuah truk ugal-ugalan tak jauh dari kawasan Gunung Sindur, Bogor. Saat itu, Dara, bersama 11 pesepeda lainnya, tengah menuju Bogor.

Dara bukanlah pesepeda pertama korban kecelakaan. Sepanjang tiga tahun ini, tercatat belasan pesepeda lain meninggal di jalan akibat ulah pengendara kendaraan bermotor yang ugal-ugalan. Padahal, tujuan para pesepeda tersebut sangat mulia: mengurangi polusi. Bermodalkan sepeda, helm, mereka pun membelah Jakarta saban hari menuju ke kantor, atau tempat lainnya.

Hal yang menimpa Dara setidaknya menunjukkan Jakarta bukanlah kota yang ramah terhadap pesepeda. "Kami masih dianggap sebagai pengguna jalan kelas kesekian," ujar Nuky, pesepeda dari Komunitas Sepeda Lipat Indonesia di sela-sela acara Ride in Silence atau Bersepeda dalam Hening yang berpuncak di Taman Ayodya di Jalan Barito, Jakarta Selatan, Jumat (18/6/2010) malam.

Toto, seorang pesepeda lainnya, mengatakan, pesepeda adalah pengguna jalan kedua yang paling rentan mengalami kecelakaan di jalan raya. Urutan teratas diduduki para pejalan kaki.

Janji pemerintah daerah untuk membangun jalur sepeda pun tampaknya tak kunjung direalisasikan. Maka itu, Walikota Jakarta Selatan Syahrul Effendi, meminta seluruh pesepeda untuk merapatkan barisan. "Kita perlu merapatkan barisan, mempersatukan tekad, perlu adanya wadah kebersamaan untuk perjuangkan hal-hal bersama," ujarnya.

Meski demikian, Syahrul meminta para pesepeda tak gentar atas kejadian ini. Dirinya mengajak seluruh pesepeda menjadikan Jakarta sebagai tempat yang humanis dan berlangit biru cerah.

Di tempat yang sama, Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan Kombes Gatot Eddy Pramono, yang juga pesepeda, mengajak seluruh pesepeda untuk menggelorakan gerakan bersepeda.

Pada acara Bike in Silence, Gatot Eddy juga selalu mengingatkan pesepeda agar selalu berhati-hati di jalan dan mengenakan helm selama bersepeda.

Ghost Bike

Guna mengenang Dara, dan juga belasan pesepeda lain yang tewas di jalan raya, beragam komunitas pesepeda menggelar acara Ride in Silence untuk menyosialisasikan keberadaan mereka kepada pengguna jalan lainnya. Mereka pun, Jumat (18/6/2010) malam berkonvoi dari Bundaran Hotel Indonesia ke Taman Ayodya.

Selain itu, mereka juga hendak membangun ghost bike atau monumen sepeda untuk mengenang para pesepeda yang meregang nyawa di jalan raya. Monumen yang diajukan menyerupai patung sepeda berwarna putih.

Soal penempatan, Syahrul mengatakan akan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Nantinya, monumen tersebut akan diletakkan di sebuah tempat strategis di Jakarta. Namun, belum ada satu rincian perencanaan.

Di monumen itu, nantinya nama-nama pesepeda yang tewas akan ditulis. Pemutakhiran data pun dilakukan secara rutin. "Namun saya berharap tidak ada lagi nama-nama yang harus ditulis di monumen itu," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com