Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Van de Velde dan Pembangunan Stadhuis yang Molor

Kompas.com - 09/06/2010, 01:43 WIB

 

KOMPAS.com -- Willem Jorisz van de Velde, sang arsitek, dan Jan Fredrick Kemmer, kontraktor, pembangun balai kota yang hingga kini masih berdiri megah dibantu Frank van Balen yang membangun kembali penjara di dalam balai kota. Mereka menyiapkan gedung lain sebagai balai kota sementara selama balai kota kedua dibangun kembali.

 

Awal 1706, kembali VOC membeli rumah di sebelah timur Jalan Tijgersgracht (Jalan Pos Kota kini) sebagai balai kota sementara. Sayanngnya tidak ada data gedung apa yang pernah jadi balai kota sementara itu. Semua rencana ini dimulai saat Gubernur Jenderal Joan van Hoorn berkuasa (1704-1709).

           

Perlu setahun persiapan sebelum akhirnya van de Velde menyatakan siap bekerja. Tender dimenangkan pemborong Jan Kemmer dengan 29.800 rijksdaalders (mata uang Belanda di akhir abad 16 sebelum menggunakan guilder  di abad 18-Red). Pemerintah menetapkan, tidak mengizinkan penggunaan kembali kayu bekas, kecuali balok-balok yang masih dalam kondisi baik. Pemborong juga diberi izin menggunakan alat kerja yang ada di perkampungan tukang/perajin tanpa biasa khusus.

           

Pekerjaan awal Kemmer segera dilakukan yaitu merobohkan sebagian dari gedung. Kayu di lantai hingga balok atap dibongkar. Tembok di lantai bawah ada yang dipertahankan, tembok di lantai atas semua dibongkar sedangkan tembok penghubung penjara sipil di bagian bawah di mana pondasi turun juga ikut dibongkar. Van de Velde menyatakan siap memulai pembangunan pada Januari 1707 dan dalam waktu 18 hingga 24 bulan ke depan, ia harus sudah menyelesaikan pekerjaan.

           

Tepat pada 25 Januari 1707 pagi hari, gadis berusia 13 tahun yang adalah putri tunggal gubernur jenderal memasang batu pertama. Ia adalah Petronella Wilhelmina. Batu pertama itu dipasang di tembok muka di sisi kiri pintu penjara sipil. Kini batu itu bisa dilihat di tembok depan gedung Museum Sejarah Jakarta (MSJ). Di batu itu tercetak tanggal dan tahun 25 Januari 1707.

           

Rupanya, pembangunan kembali stadhuis itu tak berjalan mulus. Selain faktor cuaca, di mana hujan terus mengguyur, ternyata tembok yang semula dipertahankan pun tak sekokoh perkiraan awal. Tembok itu roboh. Kemmer pun minta tambahan dana sebesar 2.600 rijksdaalders pada Mei yang kemudian disetujui sebesar 2.000 rijksdaalders pada Agustus.   

           

Dalam buku Dari Stadhuis Sampai Museum disebutkan, seluruh lantai dasar gedung harus dinaikkan setinggi lebih dari 1,10 m. Di bagian muka disiapkan pondasi untuk gapura. Sebanyak 30 balok besar disiapkan untuk itu. Sementara di bagian atas dipasang enam tiang batu bergaya Doris yang menahan bagian muka. Akhir Desember 1708 seluruh gedung hingga atap, kecuali menara kecil, telah siap.

           

Di bagian muka atas dipasang balok bersilang dengan kaca di bagian atas dan teralis besi di bagian bawah. Kaca-kaca jendela dibikin dengan bahan kaca dari Perancis sementara kayu jati, batu bata, genteng diambil dari Jawa. Batu alam diimpor dari Koromande, India, dan besi-besi yang didatangkan dari Jepan dan Eropa. Kayu di gedung itu dicat hijau muda atau abu-abu.

           

Adolf Heuken dalam Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta menuliskan, Di tengah-tengah atap bangunan stadhuis terdapat menara kecil persegi delapan dengan kubah. Menara menjulang tinggi di atas atap. Menara kecil itu diberi lantern, yaitu

menara yang lebih kecil lagi di puncak kubah.

           

Akhir Desember 1709 Kemmer menyatakan pekerjaannya kelar. Setelah inspeksi keseluruhan dan persiapan mengisi ruangan, maka pada Juni 1710 balai kota yang baru mulai ditempati. Tepat pada 10 Juli 1710 gedung baru itu diresmikan Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck. Meski demikian, sebenarnya, pembangunan balai kota baru itu, termasuk pengadaan mebel dan keperluan kantor, baru-benar-benar selesai pada 1712.

 

Total biaya pembangunan balai kota baru lengkap dengan penjara, lebih dari 60.000 rijksdaalders, membengkak jauh dari anggaran awal yang sekitar 30.000 rijksdaalders. Dan semua dana itu dikeruk dari rakyat lewat berbagai pajak yang sangat tinggi.

   

 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com