Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PMKRI: Indonesia Harus Segera Bersikap

Kompas.com - 01/06/2010, 07:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sehubungan peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2010, dua presidium organisasi mahasiswa anggota Kelompok Cipayung, yakni PMKRI dan GMNI mengingatkan Pemerintah harus tetap menjadikan Pancasila basis penyelenggaraan pemerintahan maupun hubungan internasional.

Demikian pernyataan mereka secara terpisah, Senin (31/5/2010) malam, melalui salah satu Ketua Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Stefanus Asat Gusma, dan Ketua Komite Advokasi Rakyat Presidium Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Muhammad Item.

"Momentum peringatan kelahiran Pancasila 1 Juni 2010 harus dijadikan refleksi secara nasional terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan hubungan internasional," ujar Stefanus Gusma.

PMKRI juga menyatakan, implementasi nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila harus menjadi dasar pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara, terkait situasi nasional maupun internasional.

Muhammad Item mengemukakan, sepertinya banyak penyelenggara pemerintahan sekarang lebih mementingkan "order" (pesanan) lembaga-lembaga internasional seperti IMF, Bank Dunia, yang terefleksi lewat berbagai kebijakan ekonomi yang kurang pro rakyat.

"Buktinya yang terbaru, ialah keluarnya kebijakan pembatasan penggunaan bensin bersubsidi bagi pengendara sepeda motor yang nota bene terdiri dari kaum menengah ke bawah. Keberpihakan kepada rakyat kan makin tidak kelihatan," tandasnya.

Sedangkan di bidang politik, Muhammad Item menyorot kritis tentang penerapan sistem demokrasi liberal yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai luhur "musyawarah mufakat" yang merupakan implementasi dari sila ke-4 ideologi Indonesia.

"Pelanggaran yang dilakukan secara sistematis melalui pemaksaan penerapan kebijakan ekonomi dan politik pro liberalisme itu, benar-benar semakin mengangkangi ideologi bangsa sendiri yang dengan susah payah digali dan dirumuskan Bung Karno, untuk memperkokoh persatuan kemajemukan negeri tercinta ini," ujarnya menegaskan.

Pemerintah segera bersikap

Stefanus Asat Gusma kemudian mengeritisi sikap Pemerintah yang sangat lamban mengeluarkan aksi politiknya terkait banyak pergumulan internasional.

"Padahal, ideologi kita mengisyaratkan bahwa segala sesuatu dalam tatanan pergaulan antarbangsa mesti berbasis kesetaraan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Makanya, seperti menghadapi kasus pelanggaran kemanusiaan internasional, tidak ada pilihan lain, Indonesia mesti berada di garis terdepan untuk menentangnya dengan keras," tandasnya.

Gusma lalu menunjuk kasus penyerangan kapal "Mavi Marmara" yang membawa misi kemanusiaan ke Jalur Gaza, Palestina oleh pasukan Isreal.

"Tanpa tendensi ekslusivitas, Pemerintah Indonesia harus segera bersikap atas nama keadilan dan kemanusiaan umat manusia. Atas nama kemanusiaan, PMKRI mengecam keras kasus penyerangan tersebut," ucap Stevanus Asat Gusma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

    Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

    Nasional
    Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

    Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

    Nasional
    KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

    KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

    Nasional
    Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

    Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

    Nasional
    Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

    Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

    Nasional
    Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

    Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

    Nasional
    Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

    Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

    Nasional
    Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

    Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

    Nasional
    Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

    Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

    Nasional
    Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

    Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

    Nasional
    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

    Nasional
    Mengganggu Pemerintahan

    Mengganggu Pemerintahan

    Nasional
    Daftar Aliran Uang Kementan kepada 2 Anak SYL, Capai Miliaran Rupiah?

    Daftar Aliran Uang Kementan kepada 2 Anak SYL, Capai Miliaran Rupiah?

    Nasional
    Jokowi Rapat Bahas Aksesi OECD dengan Menko Airlangga dan Sri Mulyani

    Jokowi Rapat Bahas Aksesi OECD dengan Menko Airlangga dan Sri Mulyani

    Nasional
    Korban Banjir Lahar di Sumbar hingga 16 Mei: 67 Orang Meninggal, 20 Warga Hilang

    Korban Banjir Lahar di Sumbar hingga 16 Mei: 67 Orang Meninggal, 20 Warga Hilang

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com