JAKARTA, KOMPAS.com — Belum selesai perdebatan pembentukan sekretariat gabungan (setgab) partai politik koalisi pemerintah, kini muncul selentingan bahwa partai politik oposisi di Parlemen hendak merapatkan barisan guna membentuk "setgab" tandingan.
Hal ini disampaikan seorang anggota Parlemen dari partai oposisi kepada para wartawan di gedung DPR RI, Jakarta, Senin (24/5/2010). Anggota DPR yang menolak disebutkan identitasnya ini menggadang-gadang politisi senior dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk memimpin "setgab" tandingan itu.
Namun, ketika dikonfirmasi Kompas.com, dua politisi senior F-PDIP menampik adanya wacana "setgab" gabungan. Tidak hanya itu , dua politisi ini menentang rencana tersebut. "Setgab koalisi pemerintah saja tidak efektif, apalagi (setgab) oposisi. Wacana itu hanya terlihat reaktif. Saya rasa tidak terlalu perlu. Yang paling penting bagi teman-teman di luar pemerintahan adalah bagaimana berkoalisi dengan rakyat, menyampaikan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat," ujar politisi F-PDIP, Pramono Anung, yang juga Wakil Ketua DPR RI, kepada Kompas.com.
Pramono mengingatkan, memperjuangkan aspirasi masyarakat jauh lebih penting daripada sekadar terjebak untuk ikut-ikutan melakukan konsolidasi kekuatan partai oposisi. "Konsolidasi akan berjalan secara alamiah karena ada kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat dan jauh dari rasa keadilan masyarakat," sambungnya.
Hal yang sama diungkapkan politisi senior, Eva Kusuma Sundari. "Wacana itu tidak penting karena itu sudah suatu keniscayaan. Jika ada situasi yang tidak sesuai, maka pasti oposisi by nature akan merespons dengan memberikan alternatif penyelesaian masalah. Jadi, tidak usah dikonsensuskan. Oposisi tandingannya bersama rakyat saja, lebih menguntungkan," kata Eva, yang juga mantan anggota Pansus DPR tentang Hak Angket Bank Century.
Dia menambahkan, institusionalisasi kekuatan oposisi di Parlemen membuat ruang gerak mereka menjadi tidak taktis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.