Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Temuan Kerangka Manusia di Batujaya

Kompas.com - 08/05/2010, 04:20 WIB

Batu menhir

Untuk mencari struktur bangunan candi, dilakukan penggalian di areal perluasan candi yang merupakan areal persawahan, yaitu di sisi tenggara dan di barat laut.

Penggalian pada minggu kedua April 2010 berhasil menemukan menhir berukuran panjang 2,1 m dan 2,2 m di tenggara halaman candi, titik koordinasi G-9. Penggalian berikutnya, 22 April 2010, masih di sebelah tenggara halaman candi, sekitar 5 meter dari temuan menhir, dan secara kebetulan ditemukan kerangka manusia.

Enam kerangka manusia itu ditemukan terkubur di kedalaman lebih kurang satu meter dari permukaan tanah sawah. Posisinya berjejer dengan arah yang relatif sama, yakni 60 derajat ke timur laut. Empat dari enam kerangka yang ditemukan terlihat utuh, dua lainnya tidak utuh. Panjang kerangka lebih kurang 170 cm. Jarak antara kerangka yang satu dengan kerangka lainnya sekitar 90 cm.

Di dekat masing-masing kerangka terdapat barang tembikar, baik dalam kondisi utuh maupun sudah pecah, serta benda dari logam. Juga ada temuan rangka binatang siput laut berukuran relatif besar. ”Benda- benda dekat kerangka itu merupakan bekal kubur yang disertakan pada mayat, yaitu tembikar seperti tempayan atau periuk kecil (kendil) dan alat- alat dari logam atau besi yang merupakan persenjataan milik orang yang dikubur,” kata Junaidi.

Budaya Buni

Arkeolog Agustijanto Indradjaya dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (lihat www.tapakarkeologi.blogspot.com) melaporkan, di dunia arkeologi, situs Batujaya dengan kompleks percandian yang bersifat Buddhistik merupakan obyek penelitian menarik. Sejak tahun 1960-an sudah menjadi obyek penelitian para arkeolog, yang dimotori RP Soejono dan Sutayasa.

Awalnya kubur-kubur prasejarah itu ditemukan di Desa Buni (Bekasi) dan kemudian daerah perkembangannya di arah timur di daerah Sungai Citarum dan Sungai Bekasi hingga Ciparage di Cilamaya. ”Istilah budaya kompleks tembikar Buni ini tampak dari persamaan corak hiasan dari fragmen tembikar yang ditemukan di beberapa tempat di Bekasi dan Cikampek. Menurut laporan, beberapa situs Buni yang pernah diteliti, antara lain, adalah di Buni, Kedungringin, Cabangbungin, dan Balaktemu di Bekasi. Batujaya, Kobak Kendal, dan di Cilebar Babakan Pedes di daerah Rengas Dengklok,” tulisnya.

Arkeolog yang juga Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba, Harry Widianto, mengatakan, baru tahun 2005 sampai sekarang manusia pendukung budaya Buni ini berhasil diungkap lebih jauh.

Komunitas masyarakat yang mengusung budaya kompleks tembikar Buni, yakni satu komunitas masyarakat prasejarah yang menghasilkan tembikar dengan pola hias khas Buni, yang hidup di sepanjang pantai utara Jawa Barat, mulai dari Banten sampai Cirebon. Hal ini didasarkan pada temuan sejumlah kerangka manusia yang disertai dengan sejumlah bekal kubur di antaranya yang paling umum adalah wadah tembikar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com