Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polandia Berduka, Polandia Bangkit

Kompas.com - 24/04/2010, 03:29 WIB

Oleh Emmanuel Subangun

Minggu malam, 18 April 2010, rakyat Polandia mengantarkan jenazah pemimpin nasional mereka yang tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat di Smolens, Rusia, pada sebuah upacara yang agung, megah, dan mulia di Katedral Krakow.

Karena bencana alam, banyak pemimpin dari Asia, Eropa, dan Amerika tak hadir. Presiden Rusia Medvedev hadir. Kehadirannya simbolis amat penting. Tak saja bagi rakyat Rusia dan Polandia, tetapi juga Eropa dan dunia, termasuk Indonesia.

Letak geografis Polandia amat jauh dari kita, juga hubungan emosionalnya, karena negeri ini berada di Eropa Timur. Karena dalam peradaban sekarang ”simbol” dapat mengalir ke seluruh dunia dan kematian itu universal, Polandia amatlah dekat. Seperti kata Obama ketika mendengar kecelakaan yang menewaskan 90 orang inti pejabat tinggi Polandia minggu lalu, ”Kita sekarang semua orang Polandia.”

Jatuhnya pesawat Tupolev ini tak dapat dipisahkan dari sejarah. Dalam Perang Dunia II, tak kurang 20.000 elite politik Polandia diambil dan dihabiskan total oleh KGB (intel Rusia). Selama ini Rusia tak mau menerima fakta sejarah itu. Mereka dihabiskan agar Polandia tak bangkit lagi dan berada di bawah Uni Soviet.

Moral dan politik

Beberapa waktu lalu Vladimir Putin mulai membuka kasus ini dan pembunuhan di Katyn, Rusia, itu diakui dilakukan KGB, bukan oleh Nazi seperti selama ini dijelaskan. Ini langkah politik amat luar biasa untuk Rusia, yang

sedang merumusulangkan nasionalisme dan posisi mereka dalam sistem dunia yang berubah. Mengakui pembantaian massal di Katyn sama dengan ketika Pemerintah Jerman mengakui adanya Clauschwitz (kamp konsentrasi), bukan seperti penolakan Turki akan pembantaian orang Armenia pada perang lalu.

Dari segi ini, politik dan moral menjadi satu bahwa genosida adalah kejahatan antikemanusiaan, yang menjadi moral politik global sekarang dengan dilembagakannya pengadilan kriminal internasional di Den Haag, Belanda. Di sini penjahat perang dari seluruh dunia diadili.

Stalin yang memerintahkan pembunuhan massal itu sudah mati. Tak perlu ada pengadilan in absentia. Namun, pengakuan Pemerintah Rusia akan kejahatan ini adalah sepenuhnya pengakuan dan penerimaan bahwa dalam politik global sekarang, moral haruslah satu dengan politik. Inilah yang mendasari proses politik bernama rekonsiliasi. Tanpa keyakinan dan kepercayaan satunya moral dan politik, rekonsiliasi sepenuhnya tak mungkin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com