Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agus Condro: Saya Kepingin Mercedes

Kompas.com - 19/03/2010, 19:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Politisi PDI Perjuangan Agus Condro mengaku mengalami dilema saat disodorkan cek perjalanan senilai Rp 500 juta oleh Dudhie Makmun Murod di ruangan Ketua Komisi IX dari FPDIP Emir Moeis, sehari setelah pemilihan deputi gubernur senior BI pada awal Juni 2004.

Lantaran terdesak keinginan memiliki mobil baru yang lebih mewah, ia akhirnya menerima cek perjalanan yang terdiri dari 10 lembar dengan nilai Rp 50 juta per lembar.

Hal ini diungkapkan Agus Condro dalam kesaksiannya pada persidangan terdakwa Dudhie Makmun Murod, Jumat (19/3/2010), di Pengadilan Tipikor.

"Besoknya ada empat lembar yang saya cairkan di Bank BII Ratu Plasa. Saya pakai beli Mercedes Benz bekas seharga Rp 170 juta," kata Agus kepada majelis hakim yang diketuai Nani Indrawati.

Saat Nani bertanya soal tujuan pemberian cek perjalanan itu, Agus mengaku tidak tahu. Dudhie Makmun Murod, sebagai orang yang menyerahkan cek itu kepadanya, tidak mengatakan apa-apa. "Saya menduga itu uang tanda terima kasih setelah pemilihan DGS-BI," kata dia.

Ketika ditanya lebih jauh apakah uang tanda terima kasih itu merupakan suap. Ia mengatakan, "Ya, kasarnya suap," imbuhnya.

Terhadap pernyataan Agus ini, Ketua Majelis Hakim lantas mencecar alasan Agus menerima uang tersebut. Nani Indrawati mempertanyakan mengapa Agus tetap menerima cek itu padahal sudah menduga bahwa itu uang suap. "Ya saya saat itu karena pengin mobil bagus, ya saya terima saja. Saya enggak mikir lebih jauh," ujarnya.

Selain mencairkan untuk beli mobil Mercedes Benz tersebut, Agus menceritakan tak lama kemudian ia pulang kampung ke Batang, Pekalongan. Di sana, ujarnya, ia mencairkan sisa cek perjalanan yang masih ada sebesar Rp 300 juta. "Saya beli lagi Hyundai Trajet Rp 130 juta. Sisanya dipinjam teman untuk bisnis kavling tanah dan bisnis cabai merah," ungkapnya.

Beberapa waktu setelah itu, Agus mengaku sempat merasa bersalah telah menerima cek perjalanan tersebut. Ia merasa bahwa uang tersebut tidak menjadi "berkah" bagi dirinya. "Uang yang saya pinjamkan ke teman saya itu kembalinya ke saya tersendat-sendat. Dari situ saya merasa uang ini tidak berkah," ujarnya.

Rasa tidak "berkah" inilah yang kemudian menurut Agus menjadi salah satu alasan baginya untuk memaparkan kasus dugaan suap ini ke KPK. Ia menjelaskan, ia mengutarakan adanya pemberian cek perjalanan ini saat diperiksa KPK terkait kasus politisi Golkar, Hamka Yandhu.

Saat itu, katanya, ia terang-terangan mengaku menerima cek perjalanan senilai Rp 500 juta. "Ya itu salah satu alasan saya. Tapi tidak benar kalau saya yang melaporkan, itu bahasanya media. Saya cuma bilang saja ke penyidik," tuturnya.

Pernyataan Agus Condro kepada penyidik KPK inilah yang akhirnya mengungkap fakta baru dalam kasus dugaan suap pemilihan DGS-BI yang kemudian dimenangkan Miranda Swaray Gultom tersebut.

Seperti diketahui, dalam kasus ini F-PDIP diduga menerima dana berupa cek perjalanan senilai Rp 9,8 miliar dalam kasus dugaan suap pemilihan DGS-BI tersebut. Dalam sejumlah dakwaan pada persidangan-persidangan sebelumnya, cek tersebut diterima oleh Dudhie Makmun Murod melalui Ari Malangjudo atas perintah Nunun Nurbaeti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com