Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Histeris, Istri Boas "Dihadiahi" Sofa Patah...

Kompas.com - 07/03/2010, 08:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wanita muda itu membisu. Hanya nanar tatapnya tertuju pada peti kayu coklat berbalut Merah Putih yang terbujur di depannya. Kakinya diselonjorkan lurus. Paduan kaus putih dengan sepatu hitam menghiasinya. Seragam kebesaran Bhayangkari melengkapi paduan itu.

Sesaat kemudian, ketegaran yang ditampakkannya memudar. Air mineral pun ditepis. Kombinasi gerak menadah dan menundukkan wajah tak kuasa menahan jatuhnya tetes air mata. Di luar aula, tepat di depan pintu masuk sebelah kiri aula, kakak sepupu suaminya, Mama Gabriel, terkulai tak sadar.

Ruminanta pun terisak. Lirih, dia pun memanggil pelan. "Pak," ucapnya hingga berulang kali. Tangan kiri yang masih berhias kain kasa di pergelangan ia pakai untuk mengusap air mata sembari menutupi wajahnya.

Dengan kata yang sama tetapi dengan nada yang semakin meninggi, Ruminanta sontak mengangkat kedua tangannya. Wanita berbadan dua itu histeris. Kursi roda yang membawanya masuk ruang Aula Soemarto kuat menopangnya. Lima wanita Bhayangkara mengelilinginya, memberinya penghiburan dan kekuatan.

"Pak. Ini aku, Pak. Pak. Ini aku," serunya dengan gerakan ingin memeluk. "Aku mau lihat Bapak, aku mau lihat Bapak. Aku mau ikut Bapak," lanjutnya meminta. Permintaan itu akhirnya dituruti oleh para Bhayangkari di sekililingnya. Satu anggota Provost turut membantunya.

Sofa coklat pun dimasukkan oleh prajurit baret biru. Sekilas tak ada yang aneh dengan kursi yang ditujukan sebagai pengganti kursi roda itu. Sampai kemudian, si prajurit kembali masuk mendekati sofa setelah sesaat dia keluar dari aula. Potongan kaki bagian kanan belakang kursi yang digenggam tangan kanannya dia pasangkan seadanya.

Ruminanta sedang mengelus kain Merah Putih saat itu. Dia kemudian menyibak sedikit kain itu sekadar untuk melihat warna peti yang membungkus jenazah sang suami. "Kau carikan dulu (batu) bata. Nanti jatuh itu (bangku). Jatuh dia (Ruminanta), " ujar seorang perwira baret biru kepada bawahannya.

Baru saja prajurit yang diperintahkan itu beranjak keluar, sofa dengan warna yang sama dimasukkan seorang prajurit lainnya ke dalam aula. Sofa patah diangkat prajurit lainnya lagi ke tempat yang agak jauh. Satu sofa lain menyusl datang, ketiganya membujur di samping peti. Bersamaan dengan itu, Ruminanta jatuh tak tersadar.

Dia dibopong ke sofa. Setelah berbagai upaya penyadaran diberikan, ibu dari Imannuel itu kembali sadar. Dia pun mulai berseru kembali. "Kenapa di sini (aula), Pak? Ayo ke rumah. Ayo ke rumah. Ada Nuel (Imannuel) di rumah. Enggak ada temannya. Ayo, Pak. Katanya mau pulang. Kau janji bawa oleh-oleh. Mana buktinya? Mana buktinya?" serunya kembali histeris.

Ruminanta pun kembali tak tersadar. Di balik peti yang terbujur di depannya. Ibunya kembali menangis, tangis yang sempat terhenti kala peti telah dibujurkan di tempatnya dari mobil jenazah yang mendapat kehormatan membawa jenazah sang prajurit, Briptu Boas Woisiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com