Karena posisi Natuna yang luar biasa, pada tahun 2003 mantan Presiden Riau Merdeka Tabrani Rab pernah mengajak Daeng Rusnadi untuk bertemu AS menjajaki tawaran menjadi negara bagian Amerika setelah Hawaii. "Bahkan saya ajak Hasan Tiro (Aceh) dan Theys Hiyo Eluay (Papua) dalam sebuah pertemuan di Singapura untuk perundingan. Sayang Daeng menolak. Padahal, Natuna adalah wilayah strategis yang punya nilai tawar tinggi kepada AS. Kalau perlu daratan Natuna menjadi kapal induk AS, karena berhadapan langsung dengan 7 negara," kata Tabrani.
Perkokoh pertahanan AL
Mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana (Purn) Slamet Subiyanto mengatakan bahwa yang diperlukan guna menghindari perebutan Blok Natuna dari AS maupun negara tetangga yakni dengan memperkuat pertahanan AL. Salah satunya dengan menghadirkan kapal induk yang melakukan patroli sesering mungkin di wilayah Natuna dan sekitarnya. Dengan kapal induk, bisa memberikan efek psikologis kepada kapal asing yang berusaha menyelinap ke perairan Indonesia.
"Ke depan, kapal-kapal besar harus sesering mungkin berpatroli di wilayah Natuna," kata Slamet.
Selain itu, pemerintah dengan komando TNI AL harus punya satu konsep pertahanan yang bisa menghitung seberapa besar kekuatan negara luar agar bisa disiapkan kekuatan untuk mengimbanginya. "Memang saat ini anggaran minim, tapi kan harus bisa diselesaikan masalah-masalah seperti itu," ujarnya.
Slamet merasa khawatir jika pemerintah menurunkan kuota logistik untuk para tentara yang menjaga perbatasan wilayah, maka peluang pencurian sumber kekayaan alam di Natuna dan wilayah perairan lainnya akan semakin besar. "Dukungan logistik tentara jangan dibatasi. Seharusnya kan ditambah," pungkas Slamet. (Persda Network/coz)