Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikah Tanpa Keturunan

Kompas.com - 25/01/2010, 07:43 WIB

Psikolog sosial dari Universitas Indonesia, Ratna Juwita, menilai, kecenderungan pasangan yang menikah tanpa anak adalah hal yang biasa di luar negeri. Namun di Indonesia, rata-rata pasangan yang menikah pasti berharap memiliki anak. Keinginan untuk punya anak itu masih kuat karena biasanya pasangan tidak bisa menghindar dari tuntutan sosial.

Namun, di belantara kehidupan kota besar yang sesak dan ruwet seperti Jakarta, orang menjadi lebih individualistis. Mereka tidak lagi berpikir tentang lingkungan sosial di sekitarnya sehingga bersikap lebih realistis. Seperti kata Bekti, ”Untuk bertahan hidup di Jakarta saja sudah sulit. Apalagi bila harus menanggung anak.”

Ratna menilai tidak ada salahnya bila pasangan tidak punya anak. ”Melalui proses berpikir, mereka menentukan sendiri hidup yang akan dijalaninya. Itu sesuatu yang positif, hanya saja harus dikomunikasikan dengan pasangan,” katanya.

Sebelum meminang Lucia, Bekti berterus terang kepada calon istrinya itu bahwa ia tidak ingin memiliki anak. Lucia yang tidak langsung setuju dengan keputusan Bekti lalu mencari masukan dari pamannya. Entah apa sebabnya, Bekti sendiri tidak tahu, akhirnya Lucia mau juga menikah dengan Bekti. Kini usia pernikahan mereka sudah memasuki rentang 31 tahun.

Sedangkan Tike tidak memberi tahu suaminya secara langsung kalau ia tidak ingin memiliki anak. Di depan Edmund, setiap pagi Tike rutin meminum pil antihamil. Juga jika hendak bepergian bersama sang suami, Tike tidak pernah lupa membawa pil antihamilnya. ”Dari situ suami tahu kalau saya tidak mau punya anak. Dia malah suka mengingatkan aku untuk minum pil,” katanya.

Bagi Tike maupun Bekti, keluarga mereka tidak ada yang menentang keputusan untuk tidak punya anak. Namun, pilihan itu tidak mudah bagi Sapto, terutama saat berhadapan dengan keluarga sang istri. ”Awalnya, keluarga istri keberatan dan mengimbau kami untuk punya anak. Tetapi saya dan istri tetap gigih tidak mau punya anak,” kata Sapto. Setelah empat tahun, akhirnya keluarga sang istri tidak lagi mengutak-atik keputusan mereka.

Bekti juga sempat jengkel karena orang sering bertanya tentang keputusannya untuk tidak memiliki anak. Ujung-ujungnya, Bekti kerap dinasihati. ”Kalau ada yang menasihati saya dengarkan saja, tetapi keputusan tetap di tangan saya. Ini hidup saya,” kata Bekti.

Bebas

Demikian juga dengan Tike. Baginya, kehidupan tanpa anak membuat hidup yang dijalaninya lebih ringan.

Selepas bekerja, perempuan yang berprofesi pengacara ini punya waktu luang untuk dirinya sendiri. Setiap akhir pekan ia pergi ke Cinere, Jakarta Selatan, untuk menengok kudanya. Di situ Tike juga berlatih naik kuda.

Kadang-kadang Tike juga mengendarai sepeda motor Harley Davidson miliknya dari apartemennya di Slipi, Jakarta Barat, ke kantornya di kawasan Sudirman. Kalau sedang libur panjang, dia dan Edmund pergi berkemah atau menyelam ke luar kota. Karena memiliki waktu untuk diri sendiri, Tike merasa hidupnya menjadi seimbang meski tinggal di kota Jakarta yang padat.

Bekti dan Lucia juga memiliki dua anjing agar rumah mereka menjadi lebih ramai. Setiap hari anjing itu diurus Lucia, sementara Bekti lebih sering mengajak anjing-anjingnya bermain.

Bagi Bekti, setiap hari rasanya seperti berbulan madu. Sepulang kerja, ia lebih banyak melewatkan hari dengan mengobrol dengan sang istri karena ia tidak punya televisi. Setiap akhir pekan, mereka berdua pergi ke gedung bioskop untuk nonton film.

Malam itu, Kamis (21/1), Bekti sedang menunggu dijemput Lucia. Ini malam istimewa. Mereka akan nonton film dan makan malam untuk merayakan ulang tahun perkawinan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com