KUPANG, KOMPAS.com - Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Nusa Tenggara Timur (NTT) menilai mantan presiden, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai tokoh pluralis yang gigih membela perempuan dan memberi ruang kepada perempuan untuk tampil dalam pentas politik.
"Puncak dari keberpihakan Gus Dur terhadap kaum perempuan terbukti ketika terpilih sebagai presiden RI keempat pada 20 Oktober 1999 dengan memilih Megawati Soekarnoputeri sebagai wakil presiden," kata Ketua KPPI NTT, Ana Waha Kolin di Kupang, Rabu, malam.
Bukan cuma itu, menurut Ana Waha, pasca kepemimpinannya sebagai Presiden pada Juli 2001, Gus Dur memilih Megawati Soekarnoputeri sebagai Presiden pengganti dirinya guna melanjutkan perjuangan dan penegakkan demokrasi.
Di berbagai organisasi masyarakat dan organisasi politik, putra dari KH Wahid Hasyim dan Hj Sholehah ini pun terus mengorbitkan perempuan sebagai bukti keberpihakan terhadap gender yang dikampanyekan ketika keran reforamsi 1998 terbuka.
"Selamat jalan tokoh pluralis yang sangat menghargai dan menjunjung tinggi demokrasi dan toleransi beragama, jasamu kami kenang terutama di bidang pemberdayaan perempuan."
Sementara, Wakil Wali Kota Kupang, Daniel Hurek atas nama masyarakat Kota Kupang menyatakan turut berbelangsungkawa yang mendalam atas wafatnya tokoh dan pendiri PKB serta penegak demokrasi bangsa ini.
Hurek yang juga kader PKB NTT ini mengatakan, Gus Dur merupakan tokoh pemersatu yang plural dan memiliki sikap dan pandangan selalu berdampak positif terhadap berbagai hal yang dianggapnya menyimpang terutama soal demokrasi.
Hurek yang juga ketua DPC PKB Kota Kupang ini mengaku kesan yang tidak telupakan ketika Gus Dur berkunjung ke Kupang NTT pada tanggal 23 Maret 2003. Hurek kala itu menjadi sekretaris panitia menjemput Gus Dur dari Bandara El Tari Kupang hingga menuntun Gus Dur menaiki tangga kampus Universitas Katolik Widya Mandira Kupang untuk memberi ceramah.
Kesan kuat dan mendalam juga yang tidak akan dilupakan, kata Hurek, ketika pada 2007 Pilkada Kota Kupang dimulai dan harus mendatangi Gus Dur di kediamannya Ciganjur Jakarta Selatan untuk meminta restu menggunakan pintu PKB untuk maju sebagai calon wakil wali kota Kupang berpasangan dengan calon wali kota saat itu, Daniel Adoe.
"Ketika mendengar suara sapaan saat pertama memasuki ruang kerja Gus Dur langsung menyambung dengan sapaan balasan Hurek," katanya.
Gus Dur dilihat Hurek sebagai sosok yang memiliki memori sangat kuat dengan hanya merekam suara orang, dia dapat mengenal siapakah tamunya atau lawan bicaranya. "Gus Dur boleh pergi menghadap sang khalik secara lahiriah, namun nilai-nilai universal yang menjadi bagian dari hidupnya tetap dipertahankan dan diperjuangkan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.