Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syafii: Saatnya SBY Ambil Langkah Luar Biasa

Kompas.com - 19/11/2009, 19:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif menilai sudah saatnya pemerintah, terutama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, segera mengambil langkah konkret dan luar biasa untuk menindaklanjuti hasil rekomendasi Tim Independen Verifikasi Fakta dan Proses Hukum Kasus Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah atau Tim Delapan.

Syafii menegaskan, sudah bukan saatnya lagi bagi Presiden Yudhoyono untuk mencoba berkelit dengan mengatakan tidak ingin dipaksa-paksa dalam membuat keputusan atau kebijakan terkait upaya penuntasan kasus perseteruan Polri dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pernyataan itu disampaikan Syafii, Kamis (19/11) di sela-sela diskusi bertema "Skandal Korupsi Bank Century, Apa Solusinya?" oleh Grup Diskusi Aktifis 77-78.

Tampak hadir, inisiator hak angket kasus Century, Maruarar Sirait (Fraksi PDI-P). Selain itu, juga tampak hadir, Akbar Faisal (Fraksi Partai Hanura), Wakil Ketua DPD Laode Ida, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Suhardi, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana (Purn) Slamet Soebijanto, dan pakar ekonomi dari Partai Amanat Nasional, Drajad Wibowo.

"Jangan berkelitlah, sekarang yang diperlukan itu langkah luar biasa untuk menyelesaikan kasus yang menghebohkan ini. Dan itu akan menentukan, apakah pemerintahan ini akan punya legitimasi moral dan sosial. Jika kedua itu hilang, maka legitimasi konstitusionalnya pasti akan ikut gugur," ujar Syafii.

Ketika Syafii ditanya keoptimistisan terhadap langkah konkret dan luar biasa untuk menuntaskan persoalan sekarang ini, secara diplomatis dia melontarkan peribahasa, jangan berharap tanduk dari seekor kuda karena, secara riil menurut Syafii, seekor kuda memang tidak memiliki tanduk.

Menanggapi keprihatinan Presiden Yudhoyono pada Rabu kemarin terkait desas-desus terhadap diri dan keluarganya, Syafii beranggapan bahwa hal seperti itu sah-sah saja. Akan tetapi, Syafii balik menanyakan, apakah keluhan itu tidak sebaiknya disampaikan pada kesempatan lain, setelah persoalan utama seperti melaksanakan rekomendasi Tim Delapan telah dituntaskan dengan maksimal.

"Sebagai seorang presiden terpilih, seharusnya Presiden Yudhoyono mendahulukan kepentingan rakyat. Jangan mengerjakan yang pinggir-pinggir dahulu. Rekomendasi Tim Delapan harus secepatnya dikerjakan. Kalau tidak, nanti rekomendasi itu hanya akan jadi 'masuk angin'. Semakin lama maka berbagai spekulasi liar akan bermunculan dan itu berbahaya sekali," ujar Syafii.

Menurut Syafii, Tim Delapan adalah bentukan Presiden Yudhoyono sehingga hasil rekomendasinya dapat dipastikan tidak bertujuan ingin menjatuhkan pihak mana pun, termasuk Presiden Yudhoyono sendiri. Untuk itu, dibutuhkan semacam tindakan radikal yang terkontrol untuk memperbaiki keadaan dan menghilangkan kecurigaan rakyat pada kepemimpinan.

Paling moderat

Sementara itu, saat dihubungi sebelumnya, peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusabhakti, menilai isi rekomendasi Tim Delapan sudah sangat moderat, yang bisa dijalankan oleh Presiden Yudhoyono, apalagi mengingat bahwa para anggota tim itu bukan orang-orang sembarangan.

"Bisa dibilang, mereka adalah para resi di bidangnya masing-masing. Mereka menyusun rekomendasi tidak dengan emosional dan juga bukannya tanpa data. Mereka banyak melakukan cek dan cek ulang sehingga semua rekomendasi tersebut adalah yang terbaik dari yang mereka bisa buat," ujar Ikrar.

Jika rekomendasi terbaik yang sangat moderat tadi pun diabaikan Presiden Yudhoyono, Ikrar mengingatkan, maka pemerintah hanya tinggal menunggu waktu ketika badai protes dan penolakan dari masyarakat bermunculan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan Karena Saya Kalah

Sebut Demokrasi dan Hukum Mundur 6 Bulan Terakhir, Mahfud MD: Bukan Karena Saya Kalah

Nasional
Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Bobby Resmi Masuk Gerindra, Jokowi Segera Merapat ke Golkar?

Nasional
[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

[POPULER NASIONAL] Korps Marinir Tak Jujur demi Jaga Marwah Keluarga Lettu Eko | Nadiem Sebut Kenaikan UKT untuk Mahasiswa Baru

Nasional
Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Poin-poin Klarifikasi Mendikbud Nadiem di DPR soal Kenaikan UKT

Nasional
Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Menkes: Pasti Akan Masuk ke Indonesia

Nasional
Sidang Perdana Kasus Ketua KPU Diduga Rayu PPLN Digelar Tertutup Hari Ini

Sidang Perdana Kasus Ketua KPU Diduga Rayu PPLN Digelar Tertutup Hari Ini

Nasional
Saat PKB dan PKS Hanya Jadikan Anies 'Ban Serep' di Pilkada Jakarta

Saat PKB dan PKS Hanya Jadikan Anies "Ban Serep" di Pilkada Jakarta

Nasional
Tanggal 25 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 25 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Dukung Pengelolaan Sumber Daya Alam, PHE Aktif dalam World Water Forum 2024

Dukung Pengelolaan Sumber Daya Alam, PHE Aktif dalam World Water Forum 2024

Nasional
Ridwan Kamil Sebut Pembangunan IKN Tak Sembarangan karena Perhatian Dunia

Ridwan Kamil Sebut Pembangunan IKN Tak Sembarangan karena Perhatian Dunia

Nasional
Jemaah Haji Dapat 'Smart' Card di Arab Saudi, Apa Fungsinya?

Jemaah Haji Dapat "Smart" Card di Arab Saudi, Apa Fungsinya?

Nasional
Kasus LPEI, KPK Cegah 4 Orang ke Luar Negeri

Kasus LPEI, KPK Cegah 4 Orang ke Luar Negeri

Nasional
Soal Anies Maju Pilkada, PAN: Jangan-jangan Enggak Daftar Lewat Kami

Soal Anies Maju Pilkada, PAN: Jangan-jangan Enggak Daftar Lewat Kami

Nasional
Kontras: 26 Tahun Reformasi, Orde Baru Tak Malu Menampakkan Diri

Kontras: 26 Tahun Reformasi, Orde Baru Tak Malu Menampakkan Diri

Nasional
Dilaporkan Ke Polisi, Dewas KPK: Apakah Kami Berbuat Kriminal?

Dilaporkan Ke Polisi, Dewas KPK: Apakah Kami Berbuat Kriminal?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com