Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR dan KPK Berdebat soal Rekaman

Kompas.com - 05/11/2009, 17:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Rapat dengar pendapat antara Komisi III dan pimpinan KPK, Kamis (5/11), diwarnai perdebatan mengenai rekaman sadapan milik KPK yang telah diperdengarkan di Mahkamah Konstitusi. Beberapa anggota meminta agar KPK menyerahkan rekaman sadapan kepada Komisi III.

Permintaan rekaman pertama diungkapkan oleh Dasrul Djabar, kemudian dilanjutkan oleh Aziz Syamsudin dan Dewi Asmara. "Komisi III juga ingin mendapat rekaman yang telah diputar (di MK) untuk dipelajari," ucap Dasrul.

Ketua KPK Tumpak Hatorangan Panggabean menjawab, rekaman sadapan tidak dapat diberikan lantaran rekaman akan disita oleh kepolisian untuk dilakukan penyidikan terhadap substansi rekaman. "Sulit bagi kami untuk diserahkan karena rekaman jadi alat bukti untuk diusut tuntas oleh Mabes Polri," ungkap Tumpak.

Atas penolakan tersebut, Dasrul menjawab agar KPK menyerahkan kopi rekaman kepada Komisi III. "Kami bertanggung jawab atas dokumen yang bersifat rahasia," kata dia. Tumpak pun kemudian menjawab, "Nanti kita bicarakan. Tapi saya pribadi keberatan," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Dasrul mempertanyakan keterlibatan KPK dalam penyebaran transkrip rekaman sebelum diperdengarkan di MK. Ia menganggap transkrip tersebut mengakibatkan terbentuknya opini publik yang merusak citra kepolisian dan kejaksaan. "Isi transkrip yang beredar serupa, tapi tidak sama dengan yang diperdengarkan," katanya.

Tumpak menegaskan, tim pengawasan KPK sedang melakukan penyelidikan internal terkait dugaan pembocoran transkrip rekaman. Tim akan mengusut selama tiga minggu. "Tim sudah berjalan satu minggu," ucapnya.

Tumpak membantah tudingan telah melakukan pembentukan opini publik terkait kasus yang menjerat Bibit-Chandra. Menurutnya, opini kriminalisasi dibentuk oleh masyarakat. "Opini itu spontanitas oleh masyarakat, bukan KPK. Tidak pernah pimpinan (KPK) tampil di TV. Kalaupun ada, itu pengacara. Itu di luar KPK. Saya sangat sesalkan itu dan telah saya sampaikan kepada yang bersangkutan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Eks Anak Buah SYL Beri Tip untuk Paspampres, Gratifikasi Disebut Jadi Kebiasaan

Nasional
TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

TPN Resmi Dibubarkan, Hasto Tegaskan Perjuangan Tetap Dilanjutkan

Nasional
Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Kelakar Jokowi soal Kemungkinan Pindah Parpol Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
 Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Nasional
Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Nasional
RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

Nasional
 Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Nasional
Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Nasional
Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Nasional
Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Nasional
Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Nasional
Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com