SOLO, KOMPAS.com - Sebanyak 2.000 kuota haji tambahan tidak digunakan karena waktu yang terbatas. Indonesia mendapat tambahan kuota 3.000 dari Pemerintah Arab Saudi. Namun, hanya 1.000-an kuota yang terpakai karena pemberian kuota yang mendadak.
Padahal, banyak jemaah haji yang masuk daftar tunggu. ”Dari segi waktu tidak mencukupi untuk memenuhi syarat administratif sehingga 2.000-an kuota tambahan hangus,” kata Menteri Agama Suryadharma Ali seusai membuka 9th Annual Conference on Islamic Studies yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Surakarta, Jawa Tengah, Senin (2/11) malam.
Dari Jawa Tengah dilaporkan, enam anggota jemaah haji dari Jawa Tengah batal berangkat karena tidak bersedia divaksinasi meningitis. Mereka adalah dua orang dari Jepara dan empat orang dari Boyolali.
Jemaah dari Boyolali membatalkan keberangkatan saat masih di daerah asal, sedangkan jemaah dari Jepara membatalkan keberangkatan setelah memasuki asrama haji. Ongkos haji akan dikembalikan kepada mereka yang batal berangkat.
”Kami sudah memberikan kesempatan untuk pikir-pikir. Meski fatwa Majelis Ulama Indonesia mengatakan vaksin meningitis halal, mereka tetap punya pandangan lain. Mereka tanpa paksaan kemudian menulis surat pernyataan membatalkan keberangkatan ke Tanah Suci,” kata Kepala Bagian Pengumpulan dan Pengolah Data Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Adisumarmo Akhmad Su’aidy.
”Barcode”
Jemaah haji khusus atau dikenal dengan ONH plus akan mulai diberangkatkan hari Rabu ini. Namun, baru 20 dari 120 perusahaan penyelenggara haji khusus yang memperoleh barcode, semacam tanda bukti kontrak hotel, transportasi, dan katering. Demikian penjelasan Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Departemen Agama A Ghofur Djawahir, Selasa.
Barcode itu sangat penting karena sebagai bukti dan menjadi syarat penerbitan visa untuk jemaah haji. Pemerintah Arab Saudi tidak akan mengeluarkan visa untuk jemaah haji sebelum perusahaan memperoleh barcode. (EKI/NTA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.