JAKARTA, KOMPAS.com - Seharusnya hari ini, Rabu (21/10), Muhammad Jusuf Kalla, wakil presiden periode 2004-2009, pergi ke Makassar. Namun, National Press Club of Indonesia (NPCI) menahannya untuk sebuah kejutan, yakni peluncuran buku Mereka Bicara JK di Hotel Sultan.
"Penerbitan ini untuk membangun tradisi apresiasi bagi para pejabat yang sudah purna tugas," kata Fenty Effendy, editor buku setebal 510 halaman ini.
Menurut dia, buku yang memuat komentar 63 tokoh untuk JK ini prosesnya dimulai pada akhir Agustus 2009 hingga masuk cetak pada saat gempa Padang terjadi.
"(Isinya) menyenangkan dan banyak cerita lucu dan terharu. (Ada) 63 orang yang terlibat. Ada sebagian yang menuliskan sendiri," kata Fenty.
Kumpulan tulisan ini berisi tentang pengalaman kebersamaan para tokoh, termasuk keluarga dengan JK. Hal menarik seperti diungkap Imelda Yusuf. Menurutnya, JK sangat menghargai jasa-jasa orang. Imelda mencontohkan, pernah JK menegur bawahannya yang sedang memecat pegawai supaya memperhatikan kembali jasanya.
Kemudian Imelda mengisahkan bahwa JK dalam keseharian sama seperti kebanyakan orang. Misalnya, punya minuman kegemaran yakni teh susu dan terkadang melanggar perintah dokter. JK pun di matannya telah gagal dalam mendidik para cucunya untuk bisa berbahasa Bone, sehingga JK menurunkan standar pada cucunya untuk bisa dialeknya saja. Dan itu berhasil.
"(Namun) yang jelas tidak bisa bernyanyi dengan benar," ujar Imelda yang lalu disambut dengan aplaus ratusan tamu undangan.
Sebagian besar tamu adalah mereka yang telah membubuhkan tintanya di dalam buku dengan 5 bab ini. Bab pertama berisi tentang Jejak Seorang Jusuf Kalla. Mereka yang mengisi bagian ini di antaranya Aburizal Bakrie, Menko Kesra KIB I dan Ketum Golkar 2009-2014; Aksa Mahmud, Wakil Ketua MPR 2004-2009; Amien Rais, Ketua MPR 1999-2004; Jacob Oetama, pendiri Harian Kompas; Benny Susetyo, pendiri Setara Institut; dan Taufik Kiemas, Ketua MPR 2009-2014.
"Pak JK itu jadi bapak bangsa, jadi tempat orang bertaya. Menarik orangnya," komentar suami Megawati Soekarnoputri itu.
Bab kedua berisi Jusuf Kalla Juru Damai. Mereka yang terlibat di bagian ini di antaranya Martti Ahtisaari, mantan Presiden Finlandia dan Peraih Nobel Perdamaian; Malik Mahmud, mantan pemimpin tinggi GAM di Swedia; Hamid Awaludin, Dubes RI untuk Rusia, dan Pendeta Richard Daulay Sekum PGI.
Bab ketiga bertema Lebih Cepat Lebih Baik. Narasumbernya ada Cameron Hume, Dubes AS untuk RI; Rachmat Witoelar, Menneg Lingkungan Hidup; Fahmi Idris, Menperin dan Ketua Tim Kammpanye Nasional JK-Wiranto; Ismeth Abdullah, Gubernur Kepri, dan Muhammad Lutfi, Ketua BKPPM.
Bab keempat berjudul Jusuf Kalla di Mata Wartawan. Yang turut menggoreskan kesan adalah Rosihan Anwar, wartawan senior; Suryopratomo, Pemimpin Redaksi Kompas 2000-2008; Wisnu Nugroho, wartawan Kompas; Rosianna Silalahi, wartawati SCTV, dan Saptono, fotografer Antara.
Dan bab terkahir Cerita di Balik Layar diisi oleh orang terdekat JK, yakni keluargannya seperti Mufidah Jusuf Kalla (istri), Solihin Kalla, Muchlisa Jusuf, Muswirah Jusuf, Imelda Jusuf. Ada juga Surya Paloh, Ketua Dewan Partai Golkar 2004-2009; Wiranto, Ketua Umum Partai Hanura, dan Iskandar Mandji, Sekretaris Tim Kampanye Nasional JK-Wiranto.
"Lalu ditutup epilog oleh Effendi Gazali," pungkas Fenty.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.