Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reformasi TNI, Sudah Tuntas atau Masih Harus Berlanjut?

Kompas.com - 10/10/2009, 06:37 WIB

Bisa dikatakan, tambah Edy, proses reformasi internal yang menjadi tanggung jawab institusi tersebut telah sepenuhnya dijalankan secara konsekuen. Sayangnya, hal itu tidak diikuti dengan langkah dan komitmen serupa oleh pemerintahan sipil sejak pascareformasi.

Menurut Edy, bukan TNI yang seharusnya bertanggung jawab dan berperan aktif dalam meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan para prajurit mereka. Profesionalisme dan kesejahteraan hanya bisa ditingkatkan dengan dukungan penuh anggaran dari pemerintah, yang tentu saja disahkan oleh DPR.

”Kalau saya hitung-hitung, kebijakan untuk menaikkan gaji prajurit TNI rata-rata Rp 1 juta per tahun tidak bakal terlalu membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun, keberanian untuk mengambil kebijakan macam itu akan sangat berdampak positif yang sangat besar,” ujar Edy.

Meski begitu, penyikapan berbeda tentang proses reformasi TNI disampaikan pemerhati militer dari sebuah lembaga swadaya masyarakat bidang penelitian sosial politik, Mufty Maakarim. Menurut dia, sejumlah kalangan yang mengklaim keberhasilan proses tersebut hanya melihatnya dari sejumlah indikator yang normatif.

Pihak-pihak itu mengklaim reformasi TNI melebihi ekspektasi dan bahkan berlangsung mendekati sempurna lantaran hanya melihatnya dari sebatas perubahan struktur, kebijakan legislasi, serta sejumlah hal normatif lainnya.

Hal seperti itu, menurut dia, sah-sah saja walau kemudian menjadi tidak lazim ketika kalangan yang mengklaim keberhasilan tersebut ”dibenturkan” dengan kondisi dan kenyataan lapangan, di mana sejumlah pelanggaran dan perilaku lama masih terus terjadi dan belum menunjukkan perubahan signifikan.

”Biasanya kalau (dalam praktiknya) terjadi penyimpangan, orang-orang yang mengklaim proses reformasi TNI telah berhasil tadi akan dengan gampang menyatakan penyimpangan hanya dilakukan oleh para oknum di lapangan,” tegas Mufty.

Padahal, jika ditilik lebih jauh, tambah Mufty, masih banyak pekerjaan rumah masa lalu serta agenda penting transisi demokrasi yang belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan harapan, terutama seperti dihadapi masyarakat di daerah-daerah yang jauh dari pusat kekuasaan. (Wisnu Dewabrata)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sentil Projo, PDI-P: Pemimpin Partai Lahir dari Kaderisasi, Bukan Berupaya Perpanjang Kekuasaan

Sentil Projo, PDI-P: Pemimpin Partai Lahir dari Kaderisasi, Bukan Berupaya Perpanjang Kekuasaan

Nasional
PDI-P Ingatkan GP Ansor: Spirit NU untuk Merah Putih, Bukan Keluarga

PDI-P Ingatkan GP Ansor: Spirit NU untuk Merah Putih, Bukan Keluarga

Nasional
Profil Thomas Djuwandono, Ponakan Prabowo yang Dikenalkan Sri Mulyani ke Publik

Profil Thomas Djuwandono, Ponakan Prabowo yang Dikenalkan Sri Mulyani ke Publik

Nasional
Simbol Kedaulatan Energi, Jokowi Peringati Hari Lahir Pancasila di Blok Rokan, Dumai

Simbol Kedaulatan Energi, Jokowi Peringati Hari Lahir Pancasila di Blok Rokan, Dumai

Nasional
Lewat FGD, Dompet Dhuafa Berupaya Revitalisasi Budaya Lokal sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat

Lewat FGD, Dompet Dhuafa Berupaya Revitalisasi Budaya Lokal sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat

Nasional
PDI-P Bantah Ingin Pecah Belah Jokowi-Prabowo

PDI-P Bantah Ingin Pecah Belah Jokowi-Prabowo

Nasional
Kunjungan ke China, Puan Diskusikan Isu Gender bersama Parlemen Chengdu

Kunjungan ke China, Puan Diskusikan Isu Gender bersama Parlemen Chengdu

Nasional
Demokrat Belum Lirik Kaesang untuk Cagub Jakarta, Fokus Cari Cawagub

Demokrat Belum Lirik Kaesang untuk Cagub Jakarta, Fokus Cari Cawagub

Nasional
Hasto Sebut Megawati Tidak Fit karena Kurang Tidur

Hasto Sebut Megawati Tidak Fit karena Kurang Tidur

Nasional
Jokowi Peringatkan Israel untuk Berhenti Serang Palestina

Jokowi Peringatkan Israel untuk Berhenti Serang Palestina

Nasional
Minta Polri Jelaskan Motif Penguntitan, Anggota DPR: Jampidsus Bukan Teroris

Minta Polri Jelaskan Motif Penguntitan, Anggota DPR: Jampidsus Bukan Teroris

Nasional
Jokowi Usahakan Bansos Beras Lanjut sampai Desember 2024, Beri Isyarat Anggaran Cukup

Jokowi Usahakan Bansos Beras Lanjut sampai Desember 2024, Beri Isyarat Anggaran Cukup

Nasional
Diksi 'Ancaman Keamanan' dalam RUU Polri Dianggap Tak Jelas

Diksi "Ancaman Keamanan" dalam RUU Polri Dianggap Tak Jelas

Nasional
Jokowi Minta Pancasila Disosialisasikan Sesuai Gaya Generasi Z hingga Milenial

Jokowi Minta Pancasila Disosialisasikan Sesuai Gaya Generasi Z hingga Milenial

Nasional
Beri Amanat Harlah Pancasila, Megawati Sebut Pemimpin Tak Boleh Lari dari Tanggung Jawab

Beri Amanat Harlah Pancasila, Megawati Sebut Pemimpin Tak Boleh Lari dari Tanggung Jawab

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com