PEKANBARU, KOMPAS.com — Fungsionaris Partai Golkar Yuddy Chrisnandi yang ikut dalam pertarungan ketua umum Partai Golkar menilai, idealisme di Partai Golkar telah mati karena visi sama sekali tidak ada harganya dibandingkan dengan ”gizi”. Terbukti, kata dia, tidak satu suara pun yang menghargai idealisme yang diperjuangkannya.
”Idealisme sudah mati di Partai Golkar. Visi sudah tidak bernilai dibandingkan ”gizi” yang ditebarkan. Golkar telah kehilangan ruh perjuangannya,” ungkap Yuddy di Pekanbaru, Kamis (8/10).
Dalam pemilihan ketua umum yang berlangsung Kamis dini hari, Yuddy dan Hutomo Mandala Putra tidak memperoleh satu suara pun. Pucuk pimpinan Golkar diraih Aburizal Bakrie yang memperoleh 296 suara, mengalahkan Surya Paloh yang mendapat 240 suara.
Surya yang kalah 56 suara dari Aburizal menyatakan masih akan mempelajari terlebih dahulu apakah munas berjalan sesuai dengan harapan atau tidak. ”Saya sedang berpikir ulang apakah munas sudah berjalan sesuai harapan semua,” ucapnya.
Paloh mencontohkan pelaksanaan pemilihan yang tertunda karena hal-hal yang tidak prinsipil dan itu tentu memberikan konsekuensi tersendiri.
Dia juga mendengar laporan dari peserta munas, paling tidak dari 240 pengikut yang memberikan dukungan suara, ada sesuatu yang salah di munas. ”Mereka merasa terintimidasi,” tegasnya.
Intimidasi itu, menurut dia, berbagai macam. Ia akan menampung semua itu dan akan menyampaikan secara resmi sikapnya pada Jumat ini.
Tim sukses Hutomo Mandala Putra merasa kecewa dengan pemilihan Ketua Umum Golkar di Munas. Selain bakal calon ketua tidak diberi kesempatan menyampaikan visi-misi, juga banyak diwarnai politik transaksional. ”Yang menang Golkar, tapi victory ada pada Tommy,” ucap Saurip Kadi.
Saurip juga menegaskan bahwa Tommy tidak akan menggunakan Golkar sebagai kendaraan politik dan tidak mau ikut ”arisan elite” ikut dalam kepengurusan DPP Golkar. ”Tapi, yang jelas dunia sekarang sudah tahu bahwa Tommy mencapai kekuasaan tidak dengan dagang sapi. Dari hasil verifikasi tentang prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela (PDLT), Tommy clear,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.