Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuddy: Idealisme Sudah Mati di Partai Golkar

Kompas.com - 09/10/2009, 08:41 WIB

PEKANBARU, KOMPAS.com — Fungsionaris Partai Golkar Yuddy Chrisnandi yang ikut dalam pertarungan ketua umum Partai Golkar menilai, idealisme di Partai Golkar telah mati karena visi sama sekali tidak ada harganya dibandingkan dengan ”gizi”. Terbukti, kata dia, tidak satu suara pun yang menghargai idealisme yang diperjuangkannya.

”Idealisme sudah mati di Partai Golkar. Visi sudah tidak bernilai dibandingkan ”gizi” yang ditebarkan. Golkar telah kehilangan ruh perjuangannya,” ungkap Yuddy di Pekanbaru, Kamis (8/10).

Dalam pemilihan ketua umum yang berlangsung Kamis dini hari, Yuddy dan Hutomo Mandala Putra tidak memperoleh satu suara pun. Pucuk pimpinan Golkar diraih Aburizal Bakrie yang memperoleh 296 suara, mengalahkan Surya Paloh yang mendapat 240 suara.

Surya yang kalah 56 suara dari Aburizal menyatakan masih akan mempelajari terlebih dahulu apakah munas berjalan sesuai dengan harapan atau tidak. ”Saya sedang berpikir ulang apakah munas sudah berjalan sesuai harapan semua,” ucapnya.

Paloh mencontohkan pelaksanaan pemilihan yang tertunda karena hal-hal yang tidak prinsipil dan itu tentu memberikan konsekuensi tersendiri.

Dia juga mendengar laporan dari peserta munas, paling tidak dari 240 pengikut yang memberikan dukungan suara, ada sesuatu yang salah di munas. ”Mereka merasa terintimidasi,” tegasnya.

Intimidasi itu, menurut dia, berbagai macam. Ia akan menampung semua itu dan akan menyampaikan secara resmi sikapnya pada Jumat ini.

Tim sukses Hutomo Mandala Putra merasa kecewa dengan pemilihan Ketua Umum Golkar di Munas. Selain bakal calon ketua tidak diberi kesempatan menyampaikan visi-misi, juga banyak diwarnai politik transaksional. ”Yang menang Golkar, tapi victory ada pada Tommy,” ucap Saurip Kadi.

Saurip juga menegaskan bahwa Tommy tidak akan menggunakan Golkar sebagai kendaraan politik dan tidak mau ikut ”arisan elite” ikut dalam kepengurusan DPP Golkar. ”Tapi, yang jelas dunia sekarang sudah tahu bahwa Tommy mencapai kekuasaan tidak dengan dagang sapi. Dari hasil verifikasi tentang prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela (PDLT), Tommy clear,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com