JAKARTA, KOMPAS.com — Pesawat intai dan patroli milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut jenis Nomad P-837 yang pada Senin (7/9) jatuh di sekitar perairan Kalimantan Timur ternyata telah "sekarat". Sebelum akhirnya menemui "ajalnya" di perairan Long Apung, pesawat tersebut terlebih dahulu menderita gangguan mesin.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul mengatakan, jam terbang pesawat buatan Australia sekitar tahun 1982 itu hanya tersisa 86 jam lagi. "Meski demikian, ketika beroperasi kemarin, pesawat tersebut masih laik jalan. Hal ini berdasarkan sertifikat kelaikan terbang dengan nomor SLU/44 V 2009 tanggal 28 Mei 2009," ujarnya kepada Kompas.com, Senin kemarin.
Akibat kecelakaan udara tersebut, Pilot Lettu Laut Erwin mengalami luka berat sedangkan Kopilot Lettu Laut Saeful dan Teknisi Serma SAA Sodikin mengalami luka ringan. Sementara itu, empat korban lainnya meninggal dunia dan dua orang selamat.
Dua orang tewas yang telah berhasil diidentifikasi Badan SAR Nasional (Basarnas) adalah Yakup Kayan dan Srihardi. Keduanya adalah warga sipil yang menumpang pesawat intai tersebut dari Bandara Long Apung karena kesulitan transportasi.
Sementara itu, dua penumpang selamat lagi adalah Uhip dan Muhamir. Data teknis resmi yang dilansir Dispen TNI-AL menyebutkan, Nomad tersebut memiliki panjang 14,34 meter, lebar atau wing span 5,53 meter, kecepatan maksimum 166 knot, jarak jelajah 900 mil laut, dan kemampuan terbang selama 5 jam dengan mesin turbo prop.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.