Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lobakan untuk Hindari Amnesia Sejarah

Kompas.com - 24/08/2009, 18:33 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Aneka karya sastra adalah media yang ditujukan supaya khalayak tidak melupakan sejarah sebuah bangsa. Hal itu sekaligus menjadi alternatif melengkapi catatan sejarah karena catatan yang ada seringkali adalah catatan sejarah penguasa.

Terkait hal itu, maka karya sastra sejarah tidak boleh berhenti menjadi kisah semata atau dongeng masa lampau, tapi juga digunakan sebagai butir kontemplasi maupun titik berangkat demi menuju kehidupan di masa datang yang lebih baik.

Semangat itulah yang ditunjukkan dengan diterbitkannya Antologi Cerita Pendek (cerpen) berjudul Lobakan: Kesenyapan Gemuruh Bali 65. Dalam dialog peluncurannya, di Taman Budaya Denpasar, Bali, Minggu (23/8) malam t ampil sebagai pembicara dua sastrawan muda Bali, Ni Made Purnamasari dan Wayan Sunarta, dengan moderator penyair Warih Wisatsana.

"Apa yang harus kita lakukan ketika mesti menyikapi peristiwa-peristiwa sejarah? Yang harus kita coba kedepankan adalah melawan lupa, salah satu alternatifnya melalui karya sastra. Bagaimanapun bangsa ini tidak boleh mengabaikan kejadian di masa lalu," kata Purnamasari.

Menurut Purnamasari, kerapkali catatan sejarah di suatu bangsa dipenuhi oleh catatan sang penguasa atau pemenang politik di suatu masa. Jadi, catatan itu menjadi tidak utuh atau tidak seimbang.

Sebuah karya sastra, yang ditulis oleh berbagai pihak, termasuk pihak yang kalah, yang tersingkir, menjadi alternatif untuk menampilkan sejarah yang lebih berimbang sekaligus utuh. Perimbangan ini menjadi penting bagi masyarakat dan masa depan sebuah bangsa itu.

Menurut Putu Oka Sukanta, salah satu penggagas serta penulis Lobakan , antologi cerpen itu berusaha menampilkan suasana batin sejarah khas Bali. Hal itu tak lepas dari sejarah kelam kegiatan penumpasan Gerakan 30 September /PKI yang menurut catatan Geoffrey Robinson dalam buku Sisi Gelap Pulau Dewata: Sejarah Kekerasan Politik (LKis, 2006) menelan korban nyawa lebih dari 80.000 orang atau seperlima dari penduduk Bali saat itu.  

Kata lobakan berarti dian penerang, maka diharapkan buku ini dapat menjadi cermin sekaligus penunjuk jalan bagi bangsa ini untuk melangkah ke arah yang lebih baik, kata Sukanta.

Antologi Cerpen Lobakan memuat 22 karya yang ditulis oleh 14 sastrawan yang berasal dari dalam dan luar Bali. Penulis-penulis di antaranya, Sunaryono Basuki K S, Soeprijadi Tomodihardjo, T Iskandar A S, Dyah Merta, Fati Soewandi, Gde Aryantha Soethama, Martin Aleida, May Swan, Ni Komang Ariani, Putu Fajar Arcana, Happy Salma, Putu Oka Sukanta, Kadek Sonia Piscayanti , dan Putu Satria Kusuma. Buku itu diterbitkan oleh Penerbit Koekoesan.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com