Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syahrir Pernah Berlatih Militer

Kompas.com - 21/08/2009, 09:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Buron perkara terorisme, Mohamad Syahrir, pernah mengikuti pelatihan militer. Oleh karena itu, Syahrir mengerti dan mampu menggunakan senjata api dan bom.

Mantan teknisi pesawat terbang Garuda Indonesia itu memiliki peringkat teknisi pesawat Boeing 737 Series. Sebagian pesawat yang termasuk dalam peringkat tersebut adalah pesawat yang digunakan untuk perjalanan dinas presiden di dalam negeri.

Hal itu diungkapkan Budi, mantan Ketua RT 06 RW 16 Kampung Melayu Timur, Teluk Naga, Tangerang, dan Ketua RW 16 Suparman, Kamis (20/8). Keduanya juga teknisi pesawat terbang dan tetangga Syahrir.

Syahrir adalah satu dari empat buron terorisme yang diduga terlibat pengeboman Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton pada 17 Juli. Syahrir adalah kakak Syaifudin Zuhri, yang juga buron.

Vice President Corporate Secretary PT Garuda Indonesia Pujobroto mengatakan, Syahrir sudah berhenti bekerja di Garuda pada tahun 2004. ”Jadi Garuda sudah tidak tahu-menahu lagi dengan yang bersangkutan,” tulis Pujobroto dalam pesan singkat seluler kepada Kompas.

Budi memaparkan, karena dulu Garuda Indonesia belum memiliki fasilitas pendidikan dan latihan (diklat) sendiri, teknisi pesawat Garuda Indonesia dilatih di TNI Angkatan Laut, Surabaya, Jawa Timur. Pendidikan berlangsung selama 18 bulan. Tiga bulan di antaranya adalah latihan dasar kemiliteran.

Selama latihan dasar kemiliteran, para peserta diklat berlatih fisik menyusuri gorong-gorong, pagar kawat duri, dan melintasi perangkat halang rintang lainnya. Mereka juga dilatih belajar bertahan (survival). Ketika ditanya apakah para teknisi juga belajar menembak, Budi mengatakan, ”Jelas. Seluruh peserta diperkenalkan bermacam senjata, termasuk bom, cara menggunakan dan menghindari senjata-senjata tersebut.” Latihan dasar itu meliputi kemahiran menembak, bongkar-pasang senjata, demolisi (peledakan), dan kemampuan dasar militer lain.

Menurut Budi, kala itu kalangan karyawan kelas menengah di Garuda Indonesia juga disiapkan menjadi tenaga cadangan untuk kepentingan militer. Oleh karena itu, mereka mendapat latihan dasar militer. Suparman juga membenarkan penjelasan Budi.

”Waktu saya masuk kerja di Garuda, Syahrir sudah bekerja di situ,” ujar Budi. Ia mengatakan, tugas Syahrir adalah menganalisis mesin pesawat-pesawat terbang Garuda.

”Yang turun ke bawah memeriksa pesawat dan membongkar mesin pesawat adalah anak buahnya. Dia menganalisis temuan anak buahnya. Menyiapkan langkah perbaikan, lalu menguji hasilnya. Dia bisa dibilang orang yang paling bertanggung jawab terhadap keselamatan terbang pesawat-pesawat Boeing 737 Series,” ungkap Budi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com