Seperti pada masa perang dingin di mana terdapat koeksistensi ideologi masing-masing bangsa, termasuk kita dengan ideologi sendiri, sehingga semua bangsa bisa hidup dengan damai. Tidak ada terorisme, ujar Hendropriyono.
Namun, tambah Hendropriyono, jika bangsa Indonesia malah memilih salah satu dari dua ideologi besar yang sekarang tengah berbenturan, maka Indonesia hanya akan menjadi bagian dari peperangan di antara keduanya.
Lebih lanjut sebagai tindak kejahatan yang tidak tunduk pada aturan apa pun karena nilai kebenaran diyakini berada di dalam diri para teroris, paham terorisme menurut Hendropriyono harus diberantas.
Namun, diakui hal itu tidak mudah mengingat terorisme dalam penggambaran Hendropriyono, seperti monster imajiner mitologi Yunani, Hydra, atau mitologi pewayangan, Candabirawa, yang sama-sama berbentuk makhluk ganas yang akan selalu muncul dan tumbuh menjadi banyak setiap kali dibunuh.
Walau begitu, Hendropriyono mengaku terorisme tetap bisa diberantas, salah satunya dengan menghapuskan habitat tempat para teroris bisa diterima dan terlindungi. Untuk konteks Indonesia, habitat paling mendukung adalah lingkungan masyarakat penganut aliran keras wahabisme, yang telah menginfiltrasi sebagian pikiran umat Islam di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.