Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badai Pasti Berlalu

Kompas.com - 28/06/2009, 04:12 WIB

In Chung merasa iba. Produser ini menyatakan bersedia mengedarkannya, dengan memajang antara lain di toko kasetnya di Glodok, yang dikenal sebagai distributor lagu-lagu dangdut dan klenengan.

Satu bulan, dua bulan, dikenang Yockie, suasana adem-adem saja. Baru beberapa waktu kemudian, perlahan-lahan penjualan album Badai meningkat, sebelum kemudian meledak, menjadi album terlaris pada zamannya, sekaligus menjadi album dengan capaian musik yang sangat penting dalam sejarah musik pop Indonesia.

Tembang lestari

Dengan berkibarnya album Badai dalam bisnis musik pop, berkibar pula masalah. Segala hal menyangkut siapa pencipta, siapa paling berhak atas royalti Badai, bagaimana duduk soal lagu-lagu di situ sebagai ilustrasi film menjadi kaset yang beredar luas, berbuntut kasus ke pengadilan, antara Erros dengan Berlian Hutauruk.

”Saya sudah bosen ngomongin-nya,” begitu kata Berlian kalau diajak berbincang mengenai Badai.

Adapun Yockie berusaha memilah, antara sejarah artistik album itu dan sejarah industrinya. Sejarah artistik, bagi dia, masih bisa diperbincangkan karena itu menyangkut bagaimana pemusik seperti dia memandang proses kreatif dalam diri sendiri. Sedangkan mengenai sejarah industrinya, Yockie berucap, ”Itu proses masa lalu, yang harus diterima dengan lapang.”

Berlian sendiri bukan hanya kali itu terlibat dalam suatu momen, berada dalam lingkungan seniman musik yang menelurkan karya monumental. Sebelumnya, pada masa itu ia telah bekerja sama dengan pemusik Idris Sardi, menggarap musik film Karmila (sutradara Ami Prijono). Bersama Idris Sardi pula dia melahirkan Nyanyian Cinta, yang pada masa itu oleh Idris diselesaikan di studio rekaman di Jepang.

Sebut nama-nama penting dalam sejarah dunia musik kita, Berlian pernah terlibat bersama mereka. Misalnya dengan Nick Mamahit, atau Jack Lesmana, yang dia merasa banyak belajar. Tak ketinggalan tentu kakak perempuannya sendiri, Tarida Hutauruk, yang lewat vokal Berlian kita mengenal lagu pop dengan jati diri yang tegas, Dirimu Satu.

Pernah pula ia tampil bersama Leo Kristi, dalam sebuah acara musik di televisi. ”He’s so nice...” kata perempuan berbintang Libra ini mengenangkan kerja samanya dengan Leo dulu. Lagu Leo yang dibawakannya dulu, Tembang Lestari, akan menjadi salah satu nomor yang bakal ditampilkan di Bentara Budaya.

Keseragaman

Dunia masa lalu itu memang telah berlalu kini. Ada yang hilang? Jelas. Pada masa itu, dengan teknologi rekaman musik yang teramat terbatas dibandingkan kecanggihan teknologi rekaman masa kini, nyatanya telah mampu melahirkan karya-karya penting—setidaknya karya-karya yang kaya ragam. Beberapa karya dengan keragaman dan kekhasan masing-masing itu mencuat ke permukaan seperti Badai, bahkan tanpa rekayasa pasar.

Kini, semangat industrial dan keserakahan pasar seolah menyodorkan segala-galanya bagi kita. Penawaran seolah begitu banyak, bahkan berlimpah. Namun, tengoklah, di antaranya banjirnya penawaran itu, juga sebegitu luaskah pilihan?

Rasanya tidak. Yang kita lihat sekarang adalah keseragaman oleh industri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com