Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percayakah Tim Sukses pada Hasil Survei?

Kompas.com - 09/06/2009, 12:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Lembaga survei tengah menjadi primadona dalam beberapa hari terakhir. Menjelang pemilihan umum, kredibilitasnya diragukan setelah diketahui dibiayai oleh salah satu kandidat. Meskipun, menurut peneliti lembaga survei, tak ada kaitan antara data dan dana. Seberapa percaya para anggota tim sukses terhadap hasil survei yang mulai bertebaran?

Anggota Tim Kampanye Nasional Mega-Prabowo, Maruarar Sirait, mengatakan, pihaknya tidak sepenuhnya anti dengan survei. Menurut dia, survei merupakan elemen penting untuk mengukur tingkat elektabilitas dan penerimaan publik terhadap pasangan.

"Kalau kami, dari tim Mega-Prabowo, punya ukuran sendiri. Survei memang penting, tapi harus dibedakan mana yang penting dipublikasikan, mana yang tidak," ujar Maruarar pada debat publik "Perang Survei Pilpres 2009 ", Selasa (9/6) di Jakarta.

Hasil survei, dikatakan Maruarar, seharusnya menjadi bahan evaluasi internal. "Yang penting kan kita tahu kekuatan dan kelemahan pasangan kita. Tapi hari ini agak ironis, mulai ada penggiringan opini dengan hasil survei. Ini kemunduran lembaga survei," lanjutnya.

Akan tetapi, Maruarar tak menjawab secara tegas survei lembaga mana yang diyakininya.

Sementara itu, Sekretaris Pemenangan Tim SBY-Boediono, Marzuki Alie, mengatakan, pihaknya masih yakin dengan komitmen akademis lembaga survei. Mengutip Marzuki, ia mengutarakan, bagi SBY dan tim pemenangan, survei dijadikan sebagai indikator kinerja.

"Misalnya, ketika hasil polling rendah, kami mencari penyebab-penyebabnya sebagai bahan perbaikan. Jangan mencurigai hasil survei, yang penting kredibilitasnya dijaga," ujar Marzuki dalam kesempatan yang sama.

Namun, ia turut mempertanyakan hasil survei beberapa lembaga dengan perbedaan angka yang cukup jauh satu sama lain. Oleh karena itu, ia berharap lembaga survei tidak menggunakan pertanyaan yang menggiring kepada para respondennya.

Juru bicara Tim Kampanye JK-Wiranto, Indra Jaya Piliang, berpendapat berbeda. Apa pun hasil survei saat ini, menurutnya belum bisa dijadikan sebagai tolok ukur persepsi publik. Sebab, waktu 30 hari menjelang pilpres masih bisa mengubah preferensi terhadap masing-masing kandidat. "Kalau menyurvei persepsi, sifatnya bisa berubah dalam waktu yang mendekati hari H," kata Indra.

Ia juga memberikan catatan pada pertanyaan yang disodorkan kepada para responden yang memiliki peluang menggiring mereka pada pilihan atas salah satu calon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com