Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Krisis bagi yang Kreatif

Kompas.com - 29/05/2009, 08:31 WIB

Sedangkan Andi Boediman mengatakan, pelaku industri kreatif mesti jeli membaca tren terbaru. ”Pertumbuhan iklan dengan media cetak memang melambat, tetapi iklan dalam bentuk digital di media online tumbuh pesat. Celah ini harus dimanfaatkan,” u j a r ny a .

Tanpa rel

Peneliti industri kreatif yang juga pengajar di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung, Togar M Simatupang, optimistis pelaku industri kreatif di Indonesia dapat bertahan saat krisis.

”Masyarakat kita punya daya tahan tinggi dalam menghadapi krisis. Masalahnya, bagaimana menyiapkan fondasi ekonomi kreatif ini agar berkelanjutan dan bisa bersaing dengan pelaku di negara lain,” kata Togar.

Andi mengatakan, kelemahan dasar ekonomi kreatif di Indonesia adalah tiadanya rel atau platform. ”Pelaku kreatif atau lokomotifnya sudah banyak, tetapi aturan mainnya tidak jelas,” ujarnya.

Cetak biru industri kreatif yang dibuat pemerintah sejak 2008 nyatanya tak jelas implementasinya. Jaringan Ekonomi Kreatif Indonesia juga belum terdengar gaungnya. Pelaku industri kreatif masih jalan sendiri- sendiri dan tertatih membangun jaringan sendiri.

Menurut Andi, perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI) pelaku industri kreatif masih tetap menjadi masalah. Selain itu, akses pembiayaan dan iklim usaha juga belum membaik.

Direktur Kreatif Hello Motion Inc Wahyu Aditya mengatakan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif di bidang animasi, pemerintah bisa mencontoh China atau Korea. Stasiun televisi di China diwajibkan menayangkan animasi buatan lokal pukul 17.00-21.00. Sedangkan di Korea, stasiun televisi diwajibkan menayangkan animasi baru buatan lokal minimal 0,1 persen dari keseluruhan jam tayang setiap tahunnya.

”Saat ini aturan bagi stasiun televisi kita menayangkan 60 persen muatan lokal, kebanyakan diisi dengan sinetron dan tayangan gosip,” kata Wahyu.

Wahyu menambahkan, produk animasi dalam negeri sudah siap, tetapi terkendala pada kurangnya daya serap pasar. Akibatnya, beberapa animator dan pelaku industri kreatif lain hengkang ke luar negeri. ”Tenaga kreatif yang meninggalkan Bandung mencapai 60 persen,” kata Ridwan Kamil.

Jika selama ini pelaku industri kreatif di Indonesia bisa tumbuh sendiri dan sanggup bertahan di kala krisis, saatnya pemerintah mengambil peran yang lebih nyata dengan memperbaiki regulasi, iklim usaha, dan akses terhadap modal. Jika tidak, makin banyak tenaga kreatif yang pergi. (AHMAD ARIF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com