JAKARTA, KOMPAS.com — Para kandidat capres dan cawapres mulai saling sindir. Tim suksesnya ikut-ikutan panas dan mulai melancarkan aksi saling serang. Pengamat politik Universitas Indonesia, Arbi Sanit, mengatakan, polah yang dipertontonkan kepada publik mencerminkan kampanye yang tidak sehat.
Arbi berpendapat, masa kampanye harus dimanfaatkan para calon untuk menyampaikan visi misinya dan memastikan rakyat menerima dengan baik apa yang akan mereka kerjakan jika terpilih nanti.
"Saling serang justru akan membingungkan rakyat, tidak mencerdaskan, dan tidak menjelaskan apa visi misinya. Yang kita lihat kan mereka malah saling memburukkan, debat kusir, dan mengaburkan pengertian rakyat tentang calon," ujar Arbi di Jakarta, Rabu (27/5).
Aksi saling serang ini, menurut Arbi, menunjukkan bahwa tim sukses belum mengerti bagaimana strategi dan karakter calon yang diusungnya. "JK itu tipe agresif, SBY itu tipe defensif, ditambah dia calon incumbent sehingga mudah diserang sana sini. Tim sukses seharusnya memahami dan tidak reaktif," kata dia.
Di tingkatan masyarakat akar rumput, budaya menyerang ini diyakini Arbi akan menular sampai ke bawah. Bahayanya, bisa menimbulkan gesekan antarsimpatisan pasangan calon. "Kalau kalah, yang kalah bisa marah-marah karena yang di atasnya (elite partai) juga seperti itu. Maka, harus sabar, jangan saling serang, bisa-bisa tawuran antarpendukung. Ini pendidikan politik yang salah dan cara-cara begini sangat berbahaya," kata Arbi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.