Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikrar: Ancaman PKS Wajar

Kompas.com - 14/04/2009, 20:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik senior dari LIPI Ikrar Nusa Bakti menilai, ancaman Partai Keadilan Sejahtera untuk menarik diri dari koalisi jika SBY kembali mengusung Jusuf Kalla sebagai calon wakil presidennya sebagai hal yang wajar.

"PKS kan juga punya keinginan untuk memajukan kadernya," kata Ikrar seusai berbicara dalam seminar sehari Tantangan Kebijakan Pengelolaan Wilayah Maritim di Indonesia oleh Institute for Defense Security and Peace Studies (IDSPS), Selasa (14/4).

Akan tetapi, menurut Ikrar, jika mempertimbangkan hitung-hitungan perolehan kursi di legislatif, koalisi dengan Partai Golkar tetap jauh lebih menguntungkan bagi Partai Demokrat ketimbang dengan PKS. Perolehan kursi di DPR Partai Golkar dipastikan masih jauh lebih besar.

"Ancaman PKS tidak terlalu mengkhawatirkan, apalagi, dalam berkoalisi, Yudhoyono pasti akan berhati-hati, terutama agar jangan sampai citra nasionalis-pluralis dari Partai Demokrat malah terselubungi citra keislaman PKS," ujar Ikrar.

Golkar bisa pecah

Risiko lain dipaparkan Ikrar jika Kalla tetap akan maju sebagai cawapresnya SBY. Jika itu terjadi, kata Ikrar, Partai Golkar dikhawatirkan akan terpecah. Sebab, sebagian anggota Partai Golkar akan menilai Kalla tidak konsisten dan tidak bersikap ksatria dengan ucapan sebelumnya, yang beberapa waktu lalu, menjelang pemilu legislatif, telah mendeklarasikan diri untuk maju berkompetisi sebagai calon presiden.

"Sebagai orang Sulawesi Selatan, pastinya Kalla yang masih memegang kuat adat istiadat suku Bugis mau tidak mau harus mundur dari Ketua Umum Partai Golkar sekaligus tidak akan maju lagi sebagai calon wakil presiden, berpasangan dengan calon presiden Yudhoyono dari Partai Demokrat," ujar Ikrar.

Belum lagi hasil perolehan pemilu legislatif 2009 juga menunjukkan kegagalan Kalla menjadikan Partai Golkar sebagai pemenang dengan perolehan suara besar. Selain itu, di antara Kalla dan Partai Demokrat sempat terjadi ketegangan.

Menurut Ikrar, dirinya melihat Yudhoyono dengan Partai Demokrat masih ingin berkoalisi dengan Partai Golkar. Namun, soal apakah hal itu berarti mempertahankan duet Yudhoyono-Kalla, Ikrar mengaku tidak terlalu yakin. Bisa dipastikan, Yudhoyono dan Partai Demokrat tidak lagi menginginkan koalisi dengan Partai Golkar kembali diwakili oleh Kalla.

Apalagi, pada akhir tahun ini, masa kepemimpinan Kalla di Partai Golkar juga akan habis. Ada kemungkinan dalam Musyawarah Nasional Partai Golkar, sekitar Desember mendatang, Kalla tidak lagi memimpin. "Jika hal itu terjadi kan akan menyulitkan bagi Yudhoyono. Tambah lagi kan masih ada Akbar Tandjung, yang juga mantan Ketua Umum Partai Golkar dan punya reputasi dan citra yang jauh lebih baik di mata para kader partai itu dengan berhasil membawa Partai Golkar sukses dalam Pemilu 2004," ujar Ikrar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com