Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencium Alam di Desa Wisata Siberut Selatan

Kompas.com - 04/04/2009, 09:13 WIB

Memang, yang khas dari Uma asli adalah terdapat perapian yang berfungsi sebagai dapur di bagian depan rumah. Ini menunjukkan kebiasaan penduduk asli Mentawai sebagai masyarakat yang senang berkumpul bersama. Oleh karena itu, dapur pun menjadi tempat yang penting untuk memasak dan menyediakan jamuan bagi tamu yang datang. Di depannya, tepat setelah tangga masuk, beranda rumah dibuat bertangga. Satu tingkat saja. Di sinilah biasanya, si pemilik rumah memotong ternak atau hewan buruannya untuk dijagal.

Jika puas berkeliling Ugai, sekitar satu jam kemudian pengunjung dapat tiba di Desa Matotonan. Desa ini merupakan desa terujung dari Siberut Selatan karena berbatasan dengan kawasan konservasi alam Taman Nasional Siberut. Dibandingkan dengan permukiman penduduk di Madobak dan Ugai yang berdiri di atas tanah yang datar, permukiman penduduk Matotonan tersebar di beberapa bukit kecil. Pemandangan alam dan budaya di Matotonan tentu lebih menakjubkan. Sejumlah Sikkerei masih mudah ditemui. Beberapa pesta adat yang bersifat mistis masih sering dilakukan berhubung penduduknya berjumlah 382 KK atau sekitar 1.817 jiwa.

Tinggal di ketiga desa ini dan berinteraksi dengan penduduknya merupakan pengalaman yang tidak akan terlupakan. Sesekali, pengunjung juga dapat mengikuti penduduk ketika mencari sagu di tepi sungai atau di dalam hutan dan kemudian mengolahnya hingga menjadi sagu bakar yang dimakan dengan lauk, seperti ikan, daging babi atau telur. Semuanya masih dilakukan secara tradisional, mulai dari pencarian dengan keranjang sagu hingga pengolahannya hanya dengan kayu bakar. Tentu saja, tidak ada penginapan khusus di ketiga desa ini dan menginap di rumah warga pastinya akan menambah ketakjuban pengunjung. Waktu seperti berjalan cepat di ketiga desa ini.

Ketiga desa ini hanya dapat ditempuh dengan menyusuri Sungai Rereget. Sungai Rereget merupakan jalur menuju hulu dari pinggir laut di Muara Siberut. Perjalanan ke Madobak memakan waktu sekitar 3 jam, ke Ugai sekitar 4 jam dan mencapai Matotonan memakan waktu 5-6 jam dengan perahu bermotor. Jika air pasang, perjalanan bisa lebih cepat. Namun jika air dangkal, perjalanan menjadi sangat lambat. Perjalanan dengan perahu bermotor yang berukuran lebih kecil atau pompong sangat disarankan. Selain itu, dengan pertolongan seorang tour guide yang mengenal masyarakat dan kebudayaan asli Mentawai, tentu komunikasi dengan penduduk setempat akan menjadi lebih mudah.

Sampai bertemu di Madobak, Ugai, dan Matotonan….


*’Anai Leu Ita’ merupakan salam yang biasa diucapkan ketika bertemu dengan orang lain. Semacam kata ‘Horas’ bagi suku Batak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com