MAKASSAR, KOMPAS.com - Dosen ilmu politik Universitas Hasanuddin Armin Arsyad menilai kesepakatan antara Ketua Umum Partai Golkar M Jusuf Kalla dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Mega Soekarnoputri pekan lalu, tidak lebih dari kesepakatan absurd.
"Semua isi kesepakatan itu sangat normatif dan tidak konkret. Misalnya, tertera niat membentuk pemerintahan yang kuat. Ada atau tidak adanya kesepakatan seperti itu, bukan sesuatu yang penting dan menonjol. Bukankah semua partai juga menjadikan hal itu sebagai jualan," katanya, di Makassar, Selasa (17/3).
Status Megawatai sebagai mantan Presiden dan posisi JK saat ini sebagai Wapres, kata Armin, juga kelak bakal menjadi persolan tersendiri bagi kedua partai itu. Sangat mustahil Mega akan rela untuk turun posisi jadi RI-2. Pada sisi lain JK sendiri juga sudah telanjur didorong jadi RI-1.
"Mana mungkin JK rela jadi RI-2. Apalagi, jika dalam tubuh Golkar sendiri para elitenya tidak solid. Bisa-bisa, yang didorong untuk mendampingi Mega kelak adalah Surya Paloh," ujar Amin.
Sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Surya Paloh selama ini getol membangun koalisi Golkar PDIP. Amin memprediksi bukan mustahil Paloh akan diklaim sebagai representasi Golkar untuk menjadi calon wapres bergandengan dengan Mega.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.