Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadri, Bertahan dengan Topeng Wayang Banjar

Kompas.com - 07/01/2009, 03:13 WIB

Topeng yang dibuatnya bukan dengan menggambar pada bagian kayu yang akan dipahat, atau mencontoh gambar topeng wayang yang ada. Topeng buatan Jadri seperti "hidup" karena ia langsung mencontoh pada para tokoh wayang kulit Banjar.

Ketekunannya membuat topeng dimulai sejak tahun 1995. Sekitar 20 tokoh wayang sudah dibuat topengnya. Ia tak menjual topeng tersebut. Topeng itu dipakai sendiri atau dipinjamkan kepada dalang lain. Di sini ada kepercayaan, tak sembarang orang bisa memakainya. Biasanya topeng hanya dipakai para dalang dan keturunannya.

"Saya juga menerima pesanan topeng, tetapi bukan topeng wayang," kata Jadri tentang topeng pesanan yang dijual seharga Rp 25.000-Rp 100.000 per buah itu.

Berbeda dengan topeng untuk tarian topeng Banjar atau papantulan yang hanya menutup wajah, topeng karya Jadri yangterbuat dari kayu pelantan ini dibuat utuh berbentuk satu kepala. Itulah yang membuat topengnya terasa "hidup" saat dimainkan. Pada bagian mulut misalnya, bisa digerakkan hingga berkesan topeng itu berbicara.

"Kalau saya mengerjakannyasetiap hari, satu topeng bisa selesai dalam tiga hari," kata Jadri yang memperkirakan bakat berkeseniannya berasal dari sang ayah, Sadri, seorang dalang.

Menggendong pengantin

Jadri, yang sehari-hari menjadi petani, mulai serius menekuni topeng wayang Banjar pada tahun 2004. Ketika itu, ceritanya, mulai ada lagi permintaan untuk tampil di kampung-kampung di Kabupaten Tapin. Kebanyakan permintaan itu berasal dari keluarga yang mengadakan pesta
perkawinan.

Kesenian topeng wayang Banjar tak hanya menampilkan Jadri sebagai pemain. Dalam setiap pergelaran terlibat pula 40 orang lain. Mereka terdiri dari pemain topeng wayang dan para penabuh gamelan Banjar.

"Kalau tidak semua pemain bisa berkumpul, setidaknya harus ada 25 orang," katanya.

Topeng wayang Banjar biasanya membawakan cerita Ramayana, seperti penculikan "Dewi Sinta" dan episode lainnya. Puncak dari aruh bakawinan (pesta perkawinan) itulah yang biasanya ditunggu-tunggu penonton, yakni kehadiran tokoh Samar sambil menggendong pengantin putri untuk diantar ke pelaminan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com