Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Batik Tulis Nita Azhar

Kompas.com - 26/12/2008, 23:37 WIB

Oleh: AGUNG SETYAHADI

Senyum selalu merekah di bibir Nita Azhar setiap kali bertemu orang lain. Tegur sapanya ramah menebar kehangatan, tatap matanya teduh. Sikap lembut itu membungkus tekadnya melestarikan tradisi batik tulis yang tertuang dalam setiap busana rancangannya.

Busana batik rancangan Nita telah menembus dunia. Tiga di antaranya dikenakan kontestan Miss Universe dari Puerto Riko (2001), Rusia (2002), dan Republik Dominika (2003).

Menjadi perancang busana sebenarnya jauh di luar angan Nita yang lebih akrab dengan dunia teater sejak kecil. Kariernya di dunia teater mencapai puncak saat dia memerankan Ratu Dara, tokoh utama dalam naskah Panembahan Reso karya WS Rendra. Cerita berdurasi delapan jam itu dipentaskan pada tahun 1986 di Senayan, Jakarta, selama tiga malam berturut-turut.

”Waktu itu saya masih menyusui anak pertama, Surya Gumilang (sekarang berusia 23 tahun). Jadinya di sela-sela pentas, saya berusaha menyusui anak saya. Pentas itu memang melelahkan, tetapi saya puas,” ucap istri dari Albert A Razak ini.

Keterkaitan Nita dalam jagat mode bisa dikatakan dimulai ketika ia mengikuti lomba desain busana yang diselenggarakan Perhimpunan Ahli Perancang Mode Indonesia (PAPMI) DI Yogyakarta-Jawa Tengah. Di luar dugaan, desain bertema batik jumputan buatannya itu terpilih menjadi yang terbaik.

Setelah itu, Nita sering diajak mengikuti peragaan busana oleh para desainer senior yang tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).

”Kebetulan desain baju-baju saya selalu laku (terjual), dan itu yang membuat saya semakin yakin bahwa dunia mode adalah jalan hidup saya,” ujar Nita.

Padahal, kedua orangtua Nita yang bekerja di bank menginginkan dirinya mengikuti jejak keluarga untuk berkarier di dunia perbankan. Namun, Nita akhirnya bisa meyakinkan orangtua bahwa pilihan kariernya adalah yang paling sesuai dengan dirinya. Dunia mode juga bisa menjadi gantungan hidup, tidak kalah dibandingkan sektor formal.

Cabang kesenian Jawa

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com